0 0
Read Time:2 Minute, 15 Second

dianrakyat.co.id, MALANG – Sejak dahulu kala, paham Islam menempatkan negara di sisi dunia Muamala. Disebut muamalah duniawiyah karena tidak ada penjelasan khusus di dalam Al-Qur’an mengenai jenis tanah yang dimilikinya. Namun hal itu masih dapat dilihat pada hadis dan perilaku para nabi.

Hal ini dijelaskan oleh Prof. Abdul Muti selaku Sekjen Pimpinan Pusat Muhammadiyah, General Manager Perguruan Tinggi Muhammadiyah dan Aisiyah Darul Arkam saat memberikan materi, 29 Juni. Acara yang digelar di Hotel Razy Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) ini dihadiri para pejabat tinggi pemerintah dari beberapa perguruan tinggi di wilayah Jawa 5.

Muti terkenal menyatakan bahwa negara saat ini terbentuk karena adanya hubungan antar manusia. “Bentuk negaranya adalah habluminan atau hubungan antar manusia. “Hanya manusia yang mengatur dan menentukan bentuk negara,” ujarnya.

Muti menambahkan, kalau soal hubungan antarmanusia, maka tidak ada batasnya. Namun yang perlu ditekankan dalam hubungan antarmanusia adalah pentingnya muamala dan prinsip dasarnya. Maksud tersebut dijelaskan oleh konsep dasar muamala yaitu jual beli, sewa guna usaha, kredit dan utang, urusan pertanian, perkumpulan, dan sebagainya.

Jika kita berbicara tentang negara sebagai darul ahdi, maka sangat banyak dijelaskan oleh dasar negara Indonesia yaitu Pancasila. Dalam pernyataan politiknya, Mohammedia menjelaskan bahwa cara pemerintahan Pancasila tidak bertentangan dengan ajaran agama Islam. Dimulai dari bentuk, konsep dasar dan bentuk yang paling berguna. Bahkan, tokoh-tokoh Islam turut serta dalam perumusan konsep dasar negara kesatuan Republik Indonesia sebagaimana tertuang dalam Piagam Jakarta.

Sebab menurut Muhammadiyah, Pancasila mempunyai nilai-nilai Islam dan tidak akan bertentangan dengan ajaran Islam, ujarnya.

Ia juga menyatakan bahwa tokoh-tokoh Muhammadiyah seperti Kasman Singodimekho, Ki Bagus Hadikusumo dan K.H. Kahar Muzakir turut berperan dalam pembentukan Pancasila. Pancasila khususnya sila pertama sangat sejalan dengan prinsip yang diajarkan dalam Islam. Iman kepada Tuhan Yang Maha Esa artinya Tuhan lebih tinggi dari syariat.

Muhammadiyah sebagai negara menginginkan NKRI menjadi bangsa Baldatun tayyibatun warrabun ghafur. Menurut beberapa ahli tafsir, yang dimaksud dengan baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur adalah tanah yang menghimpun keindahan alam dan akhlak baik masyarakatnya. Cara membangun negara yang berciri demikian adalah dengan selalu berdoa kepada Tuhan, berakhlak mulia, setia kepada pemerintah dan rakyat, menyeimbangkan urusan dunia dan masa depan, serta memohon ampun kepada Tuhan.

Terakhir, Muti memberikan masukan mengenai perguruan tinggi terbaik Muhammadiyah dan Aisiyah dalam forum tersebut. Kader Muhammadiyah harus ikut serta membawa negara Indonesia ke Baldatun Tayyibatun wa Rabun Ghafur. Filantropi yang dilakukan Muhammadiyah merupakan salah satu cara untuk mewujudkan Indonesia menjadi negara yang lebih baik di masa depan.

“Mari kita kembangkan AUM dan menjadi contoh bagi masyarakat. Sehingga nanti orang berkata, “Kalau mau cari universitas terbaik, cari Mohammedia, kalau mau cari rumah sakit yang bagus, cari Mohammedia.” “Sehingga melalui amal ini, Muhammadiyah dapat menerapkan prinsip-prinsip Islam progresif untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik,” tutupnya.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D