0 0
Read Time:3 Minute, 42 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta – Badan Standardisasi Nasional (BSN) bersama Pusat Penangkap dan Penyimpanan Karbon Indonesia (ICCSC), menggelar Rapat Pleno ke-18 yang membahas standar ISO/TC 265 tentang Penangkapan dan Penyimpanan Karbon (CCS).

Kegiatan ini merupakan salah satu komitmen BSN dalam mendukung kerja sama internasional dengan pemangku kepentingan Indonesia untuk memberikan acuan standar praktik industri CCS.

Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN) Hendro Kusumo mengatakan pihaknya berharap dengan adanya kesempatan menjadi tuan rumah sidang ISO/TC 265 dapat membantu Indonesia menjadi pemain global dalam standardisasi industri penyimpanan karbon atau CCS. .

“Kami ingin Indonesia menciptakan standar yang harus ditelusuri kembali ke ekosistem internasional, artinya kita bukan hanya pemain lokal,” kata Hendro kepada media di Gedung Energi, Kamis (6/6/2024). .

Dijelaskan Hendro, dalam mengembangkan standar internasional seperti CCS, penting bagi negara-negara berkembang untuk berpartisipasi, agar mereka yang menerapkan di negara berkembang tidak ketinggalan.

“Dalam seluruh standar proses pembangunan (kita menyebutnya) konsensus, jangan bicara (siapa yang benar) dan siapa yang salah. Oleh karena itu, perlu bagi negara-negara berkembang untuk hadir, memantau, memperjuangkan kepentingannya. Jangan sampai itu, internasional yang terus meningkat menjadi standar,” jelasnya.

“Negara-negara berkembang yang menetapkannya sebagai standar internasional tidak hanya akan bersuara, tetapi negara-negara berkembang termasuk Indonesia juga akan didengar pandangannya. Oleh karena itu, BSN mendorong pemangku kepentingan Indonesia untuk terus berpartisipasi dalam pengembangan standar internasional,” ujar Anda.

Diselenggarakan pada tanggal 3-7 Juni 2024, Plenary Meeting ISO TC 265 ke-18 mempertemukan para pakar internasional dari berbagai negara seperti Perancis, Amerika Serikat, Jerman, Malaysia, Mesir, Rusia, Jepang, Korea Selatan, Belanda, Australia, Tiongkok, Finlandia, Swedia, Norwegia dan Singapura. 

 

Dalam keterangan terpisah, Jodi Mahardi, Deputi Kedaulatan Maritim dan Koordinasi Energi Kementerian Kelautan dan Perikanan, mengatakan forum ISO TC 265 sangat penting, mengingat peran Indonesia sebagai pionir CCS di kawasan Asia Tenggara. 

“Kami ingin (menyambut baik) hadirnya praktik internasional yang baik,” ujarnya.

“Mengapa standar internasional, termasuk CCS, begitu penting? Karena ditetapkan berdasarkan rekomendasi para ahli internasional, salah satunya adalah bagaimana praktik penyimpanan karbon atau CCS dapat dilakukan seaman mungkin,” kata presiden ISO tersebut. /TC 265, Majid Nasehi.

Selain serangkaian pertemuan di ISO TC 265 Working Group dan level Technical Committee penuh, BSN dan ICCSC juga menyelenggarakan workshop “Sharing Experience on Carbon Sequestration and Storage”. Kegiatan ini dirancang untuk mengoptimalkan manfaat pengetahuan yang disampaikan para ahli dan berbagi pengalaman serta diskusi dengan pemangku kepentingan utama di Indonesia.   

 

Sebelumnya, Badan Standardisasi Nasional (BSN) dan Pusat Penangkap dan Penyimpanan Karbon Indonesia (ICCSC) menggelar Rapat Pleno ke-18. Acara ini mengkaji standar ISO/TC 265 tentang penyimpanan penangkapan karbon pada tanggal 3-7 Juni 2024.

Kegiatan ini merupakan salah satu komitmen BSN dalam mendukung kerja sama internasional dengan pemangku kepentingan Indonesia untuk memberikan acuan standar praktik bagi industri Penangkapan dan Penyimpanan Karbon.

Pakar internasional dari berbagai negara seperti Perancis, Amerika Serikat, Jerman, Malaysia, Mesir, Rusia, Jepang, Korea Selatan, Belanda, Australia, China, Finlandia, Swedia, Norwegia dan Singapura turut hadir dalam pertemuan ini.

“Dalam upaya percepatan penurunan emisi untuk mencapai tujuan net zero emisi (NZE), standar memegang peranan yang sangat strategis,” ujar Hendro Kusumo, Pj Kepala Badan Standardisasi Nasional (BSN) usai sesi pembukaan The. tanggal 18. Rapat Pleno ISO/TC 265 di Jakarta, Kamis (6/6/2024).

“Forum hari ini sangat penting, mengingat (peran) Indonesia sebagai pionir di kawasan CCS (Asia Tenggara) dan kita ingin (menyambut baik) hadirnya praktik internasional terbaik,” kata Deputi Bidang Koordinasi Kedaulatan Maritim dan Energi. dalam koordinasi. Kementerian. Bidang Kelautan dan Perikanan, Jodi Mahardi.

 

 

“Mengapa standar internasional, termasuk CCS, begitu penting? Karena ditentukan berdasarkan rekomendasi para ahli internasional, salah satunya adalah bagaimana praktik penyimpanan karbon atau CCS dapat dilakukan seaman mungkin,” kata presiden ISO tersebut. /TC 265, Majid Nasehi.

Menurut Hendro, adanya standar memungkinkan interoperabilitas melalui pertukaran data, menggunakan acuan dalam penyediaan metode kerja yang efisien dan efektif, yang fokus pada keselamatan, keamanan, dan perlindungan lingkungan.

Dikatakannya, standar internasional yang dikembangkan ISO/TC 265 telah melalui proses pembahasan yang sejalan dengan prinsip-prinsip World Trade Organization Technical Barriers to Trade (TBT-WTO).

Standar Internasional yang dikembangkan juga melibatkan pendapat para ahli internasional di seluruh dunia, dan pada saat yang sama memungkinkan negara-negara berkembang seperti Indonesia untuk mentransfer pengetahuan tentang praktik internasional terbaik di bidang ini, serta berkontribusi dalam perjuangan bangsanya. menarik, tambahnya.

Selain serangkaian pertemuan di ISO TC 265 Working Group dan level Technical Committee penuh, BSN dan ICCSC juga menyelenggarakan workshop “Sharing Experience on Carbon Sequestration and Storage”. Kegiatan ini dirancang untuk mengoptimalkan manfaat pengetahuan yang disampaikan para ahli dan berbagi pengalaman serta diskusi dengan pemangku kepentingan utama di Indonesia.

 

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D