0 0
Read Time:3 Minute, 10 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta – Proyek BUMN akan segera dimulai di Nusa Dua, Bali untuk menggunakan kendaraan listrik. Pada tahap pertama diterapkan sepeda listrik dan mobil listrik.

Hal ini merupakan bagian dari kerja sama antara BUMN, Indonesia Battery Corporation (IBC) dan PT Pengembangan Pariwisata Indonesia atau Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) selaku pengelola Nusa Dua.

“Tugas kami adalah membantu mencapai tujuan pengurangan emisi di Indonesia, dimana ITDC di industri pariwisata menjadi mitra kami dalam penggunaan kendaraan listrik. “Sekarang, persiapannya” IBC menawarkan bus listrik dengan stasiun penggantian baterai dan bus listrik untuk pariwisata. jasa di Nusa Dua,” kata Direktur Bisnis dan Hubungan Komersial Reynaldi Istanto dalam keterangannya, Sabtu (13/7/2024).

Tidak hanya mobil listrik, kolaborasi ini akan diperluas ke bentuk penggunaan energi lainnya. Seperti penyimpanan energi atau sistem penyimpanan energi untuk cadangan listrik dan panel surya, bus listrik atau e-bus, mobil listrik dan masih banyak lagi lainnya.

“Penggunaan kendaraan kerja berupa kendaraan listrik dengan tempat penukaran baterai dan sepeda listrik merupakan langkah awal dari pekerjaan utama kita di industri pariwisata, kemudian akan dilanjutkan dalam bentuk energi untuk mencapai target 50 persen. Pengurangan bisa ditemukan pada industri pariwisata,” jelasnya.

Sementara itu, Direktur ITDC Troy Warokka mengatakan, pihaknya mengupayakan pariwisata berkelanjutan melalui penggunaan kendaraan ramah lingkungan di Nusa Sua.

“Perusahaan ini bertujuan untuk menjadikan kawasan tersebut sebagai model Bali Energi Bersih yang didukung oleh Pemerintah Provinsi Bali. ITDC telah melaksanakan proyek ekosistem hijau dengan menggunakan kendaraan listrik dan pemanfaatan energi surya dalam kegiatan ITDC,” ujarnya.

“Kemitraan dengan IBC akan diperluas untuk menggunakan lebih banyak kendaraan listrik dan energi ramah lingkungan dengan penyimpanan energi baterai di masa depan,” kata Troy.

 

Faktanya, penggunaan kendaraan listrik pada industri pariwisata dapat memberikan manfaat dalam hal pengurangan emisi karbon. Menurut studi Lenzen (2018), industri pariwisata di seluruh dunia menyumbang sekitar 8 persen dari total emisi global.

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) telah berjanji untuk mengurangi emisi karbon di industri pariwisata sebesar 50 persen, dan peta jalan untuk pengurangan tersebut telah ditetapkan.

Selain di kawasan Nusa Dua Bali, IBC dan ITDC juga berencana mengembangkan kerja sama di kawasan ITDC lainnya seperti The Mandalika, Lombok dan The Golo Mori, Labuan Bajo. Kolaborasi antara IBC dan ITDC akan terus menciptakan ekosistem energi baru di industri pariwisata.

Pilot project di kawasan Nusa Dua ini diharapkan mampu mendorong sektor pariwisata ramah lingkungan sekaligus mengumpulkan masukan mengenai pengalaman pengguna. Sehingga kepuasan pengguna mobil listrik bisa meningkat, dan pada akhirnya bisa dibangun ekosistem hijau bagi industri pariwisata.

Sebelumnya, pemerintah ingin menjadikan Indonesia sebagai salah satu pemain utama industri kendaraan listrik (EV). Diawali dengan peluncuran ekosistem Green Power dan kendaraan listrik PT Hyundai LG Indonesia (HLI) di Karawang beberapa waktu lalu.

Untuk mencapai misi tersebut, Staf Khusus Percaya Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk percepatan pembangunan ekonomi, Agus Tjahajana Wirakusumah, menilai Indonesia harus memperkuat pasar dalam negeri terlebih dahulu.

“Cara terbaik membangun pabrik adalah dengan mengandalkan permintaan lokal. Katanya di Jakarta, Jumat (5/7/2024).

Jika permintaan dalam negeri rendah, hal ini dapat memberikan kesan negatif kepada investor yang membangun pabrik di Indonesia. “Akan lebih baik jika kita punya pasar yang cukup,” ujarnya.

Selain itu, Agus mengatakan, jika permintaan sepeda dan mobil listrik dalam negeri meningkat, maka pendapatan akan meningkat.

 

Namun, menurutnya, banyak hal yang perlu dibenahi. Mulai dari perbedaan harga kendaraan listrik dan non-EV, hingga ketersediaan usaha di daerah terpencil.

“Mobil seharusnya diperlakukan sama. Jadi masyarakat sekarang berpikir, jangan pakai mobil (listrik), berapa kilo (jumlah pemakaian baterai), belinya di mana? apa?” .

“Jadi sekarang kita mulai berpikir seperti busi mini. Lalu saya pikir orang akan berpikir itu seperti minyak dan tidak ada apa-apanya,” kata Agus.

Selain itu, kepercayaan pelanggan terhadap layanan purna jual juga harus diperhatikan. Hal ini memudahkan untuk memiliki mobil listrik seperti mobil biasa.

Itu yang akan kita kembangkan bersama-sama agar sama (antara mobil listrik dan mobil biasa),” pungkas Agus.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D