0 0
Read Time:2 Minute, 59 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta – Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), Hinsa Siburian mengungkapkan, server Pusat Data Nasional (PDN) diserang ransomware pada Kamis (20/6/2024).

“Kami laporkan bahwa kejadian data center sementara ini merupakan serangan siber berupa Brain Cipher Ransomware,” kata Hinsa dalam konferensi pers kejadian Data Center Nasional di kantor Cominfo, Jakarta, Senin (24/6/2024).

Dia menjelaskan bahwa serangan ini merupakan perkembangan terkini.

Ransomware Lockbit 3.0 ini (Ransomware Lockbit 3.0) merupakan pengembangan terbaru, tambahnya.

Terkait hal tersebut, pengamat keamanan siber Akuncom, Alphonse Tanujaya, meyakini akan selalu ada jenis ransomware baru.

Apapun namanya, setiap Ransomware menyerang, ia melakukan aktivitas pembersihan untuk menghilangkan jejaknya agar bisa digunakan kembali, kata Alphonse kepada Tecno. dianrakyat.co.id.

Sekalipun identitasnya berhasil diidentifikasi, tambahnya, pembuat ransomware dapat dengan mudah melakukan perubahan kecil dengan menggunakan teknik kompilasi yang berbeda atau sedikit mengubah skrip menjadi ransomware baru.

“Jadi apapun namanya, tidak ada yang istimewa dari ransomware baru ini,” tegas Alphonse.

“Yang serius, data center sekelas PDN yang memiliki ribuan mesin virtual (VM) bisa terkena ransomware. Lebih disayangkan lagi jika datanya berhasil diekstraksi,” ujarnya.

Alphonse pun mempertanyakan kemampuan admin PDN tersebut, mengapa ia diabaikan. Ia yakin karya ini bisa dijadikan bahan penilaian atau pengajaran.

“Kok adminnya cuek? Mungkin cara pemilihan vendornya harus dievaluasi, mungkin Kominfo hanya jadi pengawas saja dan tidak ikut campur dalam operasionalnya, karena wasit tidak boleh jadi pemain. Bahwa pengelolaan datanya diserahkan kepada pihak yang berwenang, seperti penyedia cloud lokal,” ujarnya.

Menurutnya, hal ini untuk meringankan tanggung jawab pemerintah jika terjadi kejadian naas.

“Oleh karena itu, jika terjadi sesuatu, pengelola cloud bisa bertanggung jawab secara finansial dan hukum. Jika ada akibat seperti itu, tentunya pengelola cloud PDN tidak akan ceroboh seperti saat ini,” tutupnya.

 

 

 

Sementara itu, Direktur Network & IT Solution Telkom Group Herlan Wijanarco menjelaskan, penyerang ransomware BrainChipper meminta uang tebusan untuk memulihkan data PDN.

“Mereka menuntut uang tebusan sebesar $8 juta (sekitar Rp 131 miliar),” kata Herlan.

BSSN, Cyber ​​Crime Polri dan TelkomSigma saat ini masih melakukan penyelidikan menyeluruh terhadap barang bukti forensik tersebut.

“Dengan bukti-bukti yang kami terima, segala bukti terbatas, kami akan melaporkan perkembangan tindakan yang dilakukan pemerintah,” ujarnya.

Kepala BSSN Khinsa Siburian mengatakan kejadian ini bisa menjadi pembelajaran agar kejadian serupa tidak terulang kembali.

“Hal ini kami sampaikan sebagai pembelajaran, agar kita bisa mengantisipasi hal seperti ini bisa terjadi,” ujarnya.

Saat ini karena PDN masih dalam tahap perbaikan, BSSN bekerja sama dengan Telkomsingma.

Penggunaan Pusat Data Nasional sementara mampu memulihkan layanan pemerintah.

“Sampai Senin pagi, pelayanan imigrasi yang terdampak, meliputi pelayanan visa dan izin tinggal, tempat pemeriksaan imigrasi, DPI, pelayanan paspor, pelayanan kedatangan, boarding visa, pengurusan dokumen keimigrasian, semuanya berjalan normal,” tutupnya.

Sebelumnya, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Cominfo) menyebut sistem layanan keimigrasian yang sempat sempat terhenti karena terganggunya Pusat Data Nasional (PDN), perlahan mulai pulih.

CEO APTIKA Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan menjelaskan Direktorat Jenderal Imigrasi terus memulihkan layanan keimigrasian agar sistemnya bisa pulih secara bertahap.

“Sistem autogate dan loket petugas imigrasi dapat bekerja baik di gerbang keberangkatan maupun di gerbang kedatangan,” kata Samuel, Senin (24/06/2024).

Untuk sistem utilitas lainnya, katanya, upaya pemulihan dan langkah mitigasi masih terus dilakukan untuk mencegah dampak yang lebih luas.

“Penyesuaian akan dilakukan dengan menetapkan skala prioritas untuk mendukung pelayanan publik yang optimal,” kata pria bernama Semmy itu.

Perwakilan Cominfo Sammy meminta maaf atas gangguan layanan publik yang berkepanjangan sejak 20 Juni 2024.

“Sekali lagi kami mohon maaf atas menurunnya kualitas pelayanan publik akibat gangguan ini,” ujarnya.

“Upaya restorasi terus dilakukan bersama BSSN, Polri, kementerian/lembaga terkait, PT Telkom dan mitra penyelenggara lainnya. Kami juga berkomitmen mengambil langkah strategis dan cepat demi kemaslahatan masyarakat luas,” tutup Semmy.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D