dianrakyat.co.id, Jakarta – Kanker merupakan masalah kesehatan global yang memerlukan perhatian serius karena merupakan penyebab kematian utama di dunia. Hampir 10 juta kematian terjadi pada tahun 2020, atau hampir satu dari enam kematian. Penyakit kanker yang paling banyak ditemui di Indonesia adalah kanker payudara, kanker paru-paru, kanker usus besar, kanker prostat, dan kanker perut.
Dalam sambutannya pada kegiatan ‘Hari Kanker Sedunia: Harapan, Fakta, Cinta’ pada Minggu, 4 Februari 2024, Presiden Persatuan Onkologi Indonesia (POI) Jaya Prof. dr. Ikhwan Rinaldi SpPD-KHOM MEpid, MPdKed, FINASIM, FACP menekankan urgensi masalah kanker sebagai penyebab kematian nomor dua di dunia.
Melalui tema ‘Harapan, Iman, Cinta’, POI Jaya berusaha meningkatkan kesadaran masyarakat tentang penyakit kanker. Dan salah satu fokus utama kegiatan ini adalah pengenalan limfoma Hodgkin, suatu bentuk kanker dengan tingkat diagnosis rendah. “Penyakit itu ada, tapi banyak kasus yang baru terdiagnosis hingga penyakitnya sudah stadium lanjut,” kata Ikhwan baru-baru ini.
Limfoma Hodgkin adalah kanker yang berkembang dari limfosit sel darah putih yang merupakan bagian dari sistem kekebalan tubuh. Meski diagnosisnya masih rendah, data Globocan tahun 2020 mencatat 1.188 kasus baru limfoma Hodgkin di Indonesia dengan 363 kematian.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI), Dr. Eva Susanti SKp MKes menyambut baik upaya POI Jay dalam meningkatkan kesadaran masyarakat tentang kanker. Ia kemudian menekankan pentingnya deteksi dini, karena kanker yang terdeteksi pada tahap awal memiliki peluang 90 persen untuk disembuhkan.
Ada beberapa faktor risiko yang meningkatkan kemungkinan terkena limfoma Hodgkin, antara lain infeksi virus Epstein-Barr, gangguan sistem kekebalan tubuh, riwayat keluarga, jenis kelamin, dan usia. Sementara itu, Ikhwan menjelaskan beberapa gejala yang harus diwaspadai seperti adanya benjolan pada kelenjar getah bening, gejala sistemik seperti demam, keringat berlebih, dan penurunan berat badan yang signifikan.
Oleh karena itu, Ikhwanul Muslimin menganjurkan masyarakat untuk memeriksakan diri ke dokter jika merasa mengalami gejala-gejala tersebut. “Meskipun limfoma Hodgkin memiliki tingkat kesembuhan yang tinggi, namun tingkat kekambuhan masih sekitar 10 hingga 30 persen, sehingga semakin cepat terdeteksi, semakin cepat pula pengobatannya. ” dia menambahkan.
Kepala Patient Value Access PT. Takeda Indonesia, Shinta Caroline, menekankan pentingnya akses terhadap pengobatan inovatif untuk limfoma Hodgkin. Ia menegaskan komitmen Takeda dalam memastikan ketersediaan vaksin dan obat-obatan bagi pasien kanker di Indonesia, termasuk yang berada di bawah BPJS Kesehatan.
Meski limfoma Hodgkin umumnya memiliki prognosis yang baik, komplikasi penyakit ini bisa serius. Deteksi dini dan pengobatan yang ditargetkan adalah kunci untuk meningkatkan peluang kesembuhan. POI Jaya melakukan serangkaian kegiatan edukasi dan pemeriksaan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran dan akses terhadap deteksi dini kanker, termasuk limfoma Hodgkin.
Berikut berbagai jenis pengobatan limfoma Hodgkin berdasarkan pedoman National Comprehensive Cancer Network (NCCN), antara lain: kemoterapi, terapi radiasi, imunoterapi, dan terapi bertarget, yang menargetkan protein dalam sel kanker yang mengontrol pertumbuhan sel kanker tanpa mempengaruhi sel normal lainnya.