0 0
Read Time:2 Minute, 25 Second

JAKARTA – Berdasarkan hasil survei yang dilakukan Persatuan Perlindungan Kesehatan Masyarakat (KOPMAS) di Jabodetabek terhadap 1.301 respon, 39 persen ibu tidak mampu memberikan ASI saja kepada anaknya.

Sementara itu, 27 persen berhenti memberikan ASI eksklusif saat anak berusia 1 bulan, dan 28,5 persen sisanya berhenti memberikan ASI pada usia 5 bulan!

Hasil penelitian juga menemukan bahwa 85,7 persen ibu menyusui memberikan susu formula kepada anaknya. Padahal, bila ada indikasi medis bagi ibu, susu formula sendiri bisa diberikan kepada anak. 

“Pemberian susu formula bila ibu mempunyai gejala kesehatan penyakit kronis atau misalnya kecelakaan, HIV/AIDS karena sebab apapun,” kata Guru Besar Ilmu Gizi Universitas Muhammadiyah Jakarta, Prof. Dr. Saat ditemui Tria Astika Endah Permatasari dalam jumpa pers temuan penelitian menyusui, hambatan dan fakta pelaksanaan ASI eksklusif di Jakarta Pusat, Selasa 19 Maret 2024.

Di sisi lain, pemberian susu formula yang tidak diindikasikan secara medis justru dapat mempengaruhi obesitas pada anak di kemudian hari. 

“Susu abang sendiri tidak bisa dibandingkan dengan yang lain, walaupun (susu formula) terbuat dari ASI, tidak ada pengganti ASI. “Tidak ada susu formula seperti ASI,” katanya.

Tria menjelaskan, kolostrum pada ASI tidak terdapat pada semua susu formula, sehingga memiliki banyak manfaat bagi bayi. Salah satunya untuk meningkatkan imunitas anak dan membantu perkembangan otak anak.

“Itu tidak bisa ditemukan di susu formula, dan tidak bisa diganti dengan kolostrum sapi, beda. Selain itu, ASI juga sesuai dengan kebutuhan bayi. Pada susu formula, konsumen boleh menambahkan bahan jika belum mengetahui adanya takaran khusus susu untuk anak sakit,” jelasnya.

“Tentu saja ada kandungannya yang tinggi, tapi mungkin tidak sesuai dengan kebutuhan anak. Jadi, anak harus memiliki metabolisme yang lebih dari yang diperlukan,” lanjutnya.

Tak hanya itu, survei di atas mencatat hanya 7 persen ibu yang berhenti menyusui menawarkan susu kental manis sebagai alternatifnya. Namun pemberian susu kering pada bayi di bawah satu tahun dapat berdampak pada penyakit degeneratif di kemudian hari.

“Susu kondom manis itu banyak gulanya, dan kalau anak kena gula nanti susah makannya. Kalau diberikan 3 kali sehari, di mata kita, dari risiko penurunan jangka panjang, diabetes di non -anak keturunan. “Risikonya tinggi karena makanan manis atau minuman manis juga mempengaruhi pertumbuhannya,” ujarnya.

Sebaliknya, sekitar 4,4% ibu memilih memberikan susu UHT dibandingkan ASI pada anak di bawah usia 1 tahun. Agnes Tri Harjaingrum Sp. A, Susu UHT juga mengandung tambahan gula dan pewarna sehingga tidak dianjurkan untuk bayi usia 0-6 bulan. 

“Nutrisi dalam UHT tidak terlalu bermanfaat. UHT juga mengandung tambahan perasa gula dan tidak dianjurkan untuk anak usia 0-6 bulan yang organ ususnya masih tumbuh dan berkembang. “Pada saat yang sama, terdapat risiko kontaminasi bakteri atau ketidakpatuhan terhadap aturan kebersihan dengan susu segar. Ibu-ibu! Mengajak anak bermain futsal dan berenang, Anda dapat melatih kemampuan emosional anak Anda. Olahraga unggulan dan seni drama dapat memberikan banyak manfaat bagi anak, seperti mengajarkan keterampilan motorik, keterampilan emosional, dan keterampilan sosial, untuk membangun kepercayaan diri mereka. dianrakyat.co.id.co.id 6 Juli 2024

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D