0 0
Read Time:5 Minute, 10 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta Kota-kota terkenal dengan tampilan beton dan bajanya. Di tengah hiruk pikuk kota, sekelompok perempuan yang tergabung dalam Kelompok Wanita Pertanian (KWT) Mentari membuktikan bahwa bertani tidak hanya untuk masyarakat pedesaan, tetapi juga bisa menjadi usaha yang bermanfaat di pedesaan. lingkungan urban. KWT Mentari, Padukuhan Karangploso, Maguwoharjo, Depok, Sleman merupakan wadah bagi perempuan wiraswasta untuk berdaya bersama dengan pertanian perkotaan.

Saat pertama kali dibentuk, tujuan kelompok perempuan ini sangat sederhana; menyalurkan hobinya ke bidang pertanian. Ketua KWT Mentari Sri Harnani mengatakan, anggota KWT Mentari berasal dari latar belakang berbeda dan disatukan oleh satu hobi yaitu pertanian.

“Anggota berasal dari berbagai latar belakang, ada yang ibu rumah tangga, pensiunan, katering, bahkan penulis lepas,” kata Sri Harnani saat dihubungi, Kamis (27 Maret 2024).

Menjadi jelas bahwa pertanian perkotaan memiliki nilai lebih dibandingkan pertanian saja. Kecintaannya terhadap pertanian juga berdampak positif bagi keluarga dan masyarakat sekitar.

KWT Mentari lahir dari ketertarikan bersama terhadap pertanian perkotaan di dalam negeri. Sebelum menjadi kelompok perempuan, Karangploso sudah memiliki hobi bertani. Akhirnya sekitar 10 orang perempuan di Padukuhan sepakat membentuk KWT pada 28 November 2018.

Awalnya, urban farming dilakukan di rumah perorangan karena keterbatasan lahan. Setiap peserta memanfaatkan lahan terbatas seperti pekarangan, atap rumah dan lahan kosong di lingkungan sekitar untuk menanam sayuran, buah-buahan dan tanaman sayur-sayuran.

Namun seiring berjalannya waktu, KWT Mentari akhirnya menemukan lahan kosong di kompleks gereja di Maguwoharjo. Pada awalnya, produk pertanian hanya dikonsumsi oleh perorangan. 

Pada tanggal 29 Januari 2020, KWT Mentari disahkan menjadi kelompok tani wanita melalui Keputusan Kepala Desa No. 1. 10/Kep.KD/2020 dan No. Pendaftaran 34.04.070.551.2197. Saat ini KWT Mentari semakin serius mengembangkan pertanian perkotaan. 

“Pekerjaan kami meliputi pertanian perkotaan, pengolahan pangan lokal, dan pendidikan. “Melalui kegiatan yang kami lakukan, misi KWT Mentari adalah meningkatkan kesejahteraan anggotanya dan masyarakat sekitar,” kata Sri.

KWT Mentari kini mempunyai tiga kegiatan utama yaitu budidaya tanaman hortikultura, produksi produk olahan pertanian dan pelatihan urban farming dan produksi pangan olahan. 

Saat ini KWT Mentari mempunyai anggota aktif sebanyak 26 orang. Para wanita ini menanam tanaman kebun seperti sayuran, buah-buahan dan tanaman obat.

“Sayuran seperti selada, kangkung, bok choy, sawi, tomat, zucchini, bayam brazil, udang, buncis, dan kacang panjang. Buah-buahan seperti melon, markisa, lemon dan jeruk nipis. “Jamu keluarga seperti mint, lemon balm, kunyit hitam, kunyit putih, dan lengkuas hitam,” tambah Sri. 

Di bidang pertanian, KWT Mentari menggunakan berbagai metode, seperti sistem hidroponik NFT di rumah kaca, akuaponik, dan irigasi tetes di pertanian perkotaan. Seluruh tanaman pekarangan yang ditanam KWT Mentari diolah dengan pestisida alami.

Saat ini KWT juga sedang bereksperimen menanam melon tanpa tanah. Dari hasil pertanian KWT Mentari, masyarakat bisa membeli sayuran segar tanpa pestisida dan makanan olahan sehat tanpa bahan pengawet dengan harga terjangkau. 

“Omset bulanannya berkisar antara Rp 300 ribu hingga Rp 1,6 juta. “Tergantung hasil panen dan penjualan bibit tanaman pada bulan itu,” kata Sri.

Sri juga mengatakan bahwa urban farming yang dilakukannya juga berkontribusi terhadap lingkungan. Taman KWT memberikan lingkungan yang lebih asri, segar dan tentunya dapat meningkatkan oksigenasi meski dalam skala kecil.

Selain menanam tanaman pekarangan, KWT Mentari juga mengolah bahan pangan lokal menjadi makanan sehat yang bernilai ekonomis. Beberapa produk olahan yang dihasilkan KWT Mentari adalah bubuk tanaman larut, tepung mocaf (tepung singkong), telur gulung mocaf, bumbu pecel, keripik bayam brazil, bayam batangan brazil, teh peppermint dan minuman seruni (lemon balm).

Beberapa bahan dalam produk ini, seperti bayam Brazil untuk sumpit dan kentang serta daun mint untuk teh mint, berasal dari kebun Mentari milik KWT. Semua pengolahan makanan di KWT Mentari mengikuti prosedur kesehatan dan keselamatan dari Dinas Kesehatan Indonesia. Produk bubuk herbal jadi KWT Mentari memiliki izin PIRT dan sertifikat Halal Indonesia.

Hasil pertanian ini dijual kepada anggota internal, komunitas lokal dan jemaat gereja. Beberapa produk jamu bubuk dikirim ke luar Yogyakarta untuk memenuhi pesanan anggota. 

“Bubuk jamu (omzetnya) sekitar Rp 400 ribu per bulan. Seruni minum Rp 130.000 per bulan. “Produk lainnya berdasarkan pesanan saja,” kata Sri.

Pertanian perkotaan menawarkan peluang bagi perempuan untuk memulai usaha kecil, menjual produk pertanian atau memproduksi produk olahan. Dari kegiatan tersebut, anggota KWT Mentari mendapatkan iuran produksi dan komisi penjualan yang membantu meningkatkan pendapatan keluarga.

“Anggota mendapat insentif sebesar R20.000 per operasi produksi. Tim budidaya mendapat insentif sebesar R50.000-100.000 per bulan,” imbuhnya.

Saat ini KWT Mentari memberikan layanan pelatihan urban farm, termasuk konsultasi pembangunan fasilitas hidroponik. Pada tahun 2022, KWT Mentari mempercayakan Bank Rakyat Indonesia (BRI) dan Ikatan Suami Istri Pimpinan (IIP) Kementerian BUMN Dharma WanitaSatu (DWP) untuk memberikan pelatihan dan dukungan pertanian perkotaan kepada KWT Kartini Bendhung Lepen, Giwangan, Yogyakarta.

Selain itu, KWT Mentari juga mengadakan pelatihan rutin bagi ibu-ibu di Karangploso yang mencakup berbagai topik seperti pertanian perkotaan, pengolahan makanan, dan keterampilan lainnya. Hal ini merupakan bagian dari kontribusi KWT Mentari terhadap pemberdayaan perempuan.

“Kami rutin mengadakan pertemuan bulanan antar anggota untuk bertukar saran, pertanyaan dan hal-hal lainnya. Kami juga mengadakan pelatihan rutin bagi anggota internal dan ibu-ibu di Padukuhan Karangploso,” kata Sri.

Dalam jangka pendek, KWT Mentari berupaya meningkatkan motivasi anggotanya dalam menjalankan aktivitas sehari-hari. Dalam jangka menengah, Sri mengaku ingin memasarkan produk bubuk jamu yang sudah jadi. Sedangkan dalam jangka panjang, diharapkan setiap anggota mampu memperkuat keberlangsungan eksistensi dan komitmen KWT Mentari untuk memberikan dampak positif bagi masyarakat.

KWT Mentari menerima bantuan Corporate Social Responsibility (CSR) melalui Program BRI Pedulai pada tahun 2021. Saat itu, KWT Mentari mendapat bantuan infrastruktur berupa rumah kaca, kolam ikan, akuaponik, dan sistem irigasi tetes. Kelompok ini juga dibantu bibit tanaman dan peralatan bertani. 

“BRI juga memberikan pelatihan di bidang manajemen, kewirausahaan, pengemasan produk, dan pemasaran online,” tambah Sri.

Dukungan ini sangat membantu KWT Mentari mengembangkan pertanian perkotaan lebih jauh lagi. Selain dukungan infrastruktur dan pelatihan, Sri Harnani berharap juga dapat terhubung dengan mitra BRI untuk meningkatkan penjualan produk KWT Mentari. 

Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia (BRI) Region Yogyakarta John Sarjono mengatakan terkait bantuan KWT, BRI memberikan pelatihan sesuai kebutuhan KWT dalam mendukung kegiatan sosial dan perekonomian. Tak lupa bantuan berupa sarana prasarana dan sarana disesuaikan dengan kebutuhan KWT.

BRI berharap KWT bisa lebih mandiri dalam pengelolaan usahanya sehingga anggotanya bisa mengembangkan perekonomiannya. Pelatihan diberikan sesuai kebutuhan masing-masing jenis usaha, kata John kepada dianrakyat.co.id, Minggu (28/4). /2024).

 

 

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D