0 0
Read Time:2 Minute, 7 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta – Sistem saraf manusia berperan penting dalam mengirimkan informasi ke otak, termasuk rangsangan seperti suara, cahaya, sentuhan, dan gerakan. Namun ada kalanya terjadi gangguan dalam pemrosesan informasi tersebut yang disebut dengan Sensory Processing Disorder (SPD).

Gangguan ini menyebabkan otak salah menafsirkan atau merespons rangsangan sensorik, yang pada akhirnya dapat memengaruhi kemampuan anak dalam belajar dan berinteraksi dengan lingkungan.

Menurut psikolog klinis Rosdiana Setyaningrum, gangguan sensorik pada masa tumbuh kembang mulai dari anak-anak hingga orang dewasa dapat menghalangi mereka untuk fokus pada sekolah, pekerjaan, dan pemrosesan informasi yang efektif.

SPD dapat memanifestasikan dirinya dalam dua bentuk: gangguan sensorik yang lebih sensitif dan kurang sensitif. Kedua kondisi ini dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan sehari-hari anak, mulai dari motorik kasar dan halus hingga kemampuan sosial dan emosional. Gangguan pemrosesan sensorik sensorik

Rossdiana mengatakan, gangguan sensorik sensitif ini bisa sangat mengganggu, misalnya saat Anda mendengarkan radio dan harus memilih antara suara 1 hingga 10.

Namun, untuk anak-anak atau orang dengan kepekaan sensorik tinggi, semuanya terdengar seperti volume 9 atau 10.

“Kita mendengar kebisingan di ruangan ber-AC, orang-orang berbicara dan teman-teman tetangga berbicara, tapi kita bisa fokus pada apa yang perlu kita dengar,” kata Rosdiana.

“Bagi orang-orang dengan sensitivitas sensorik, segala sesuatunya sangat keras sehingga sulit untuk fokus pada apa yang seharusnya Anda dengar,” tambahnya.

Hal inilah yang membuat Anda pusing dan sulit berkonsentrasi.

 

 

 Anak-anak atau orang dewasa dengan gangguan pemrosesan sensorik mungkin menjadi terlalu atau kurang peka terhadap hal-hal yang mengganggu mereka.

“Ada juga gangguan sensorik yang tidak sensitif, sehingga semuanya seolah tidak terdengar atau semuanya tampak tidak terlihat,” kata Rosdiana pada acara media di MS School & Wellness Center bertema “Membantu Anak Mengatasi Masalah Tumbuh Kembang” yang diadakan di Jakarta di hari Rabu. , 8 Mei 2024

Oleh karena itu, Rosdiana mengatakan ada beberapa anak yang saat diajak bicara tidak bisa konsentrasi.

“Jika Anda berbicara dengan anak Anda, tetapi Anda tidak berkomunikasi dan malah berjalan-jalan, dia mungkin mengalami gangguan sensorik non-sensitif,” ujarnya.

Gangguan pemrosesan sensorik ini mungkin memengaruhi salah satu indera, seperti pendengaran, sentuhan, atau rasa. Atau itu mungkin mempengaruhi beberapa perasaan.

Gejala CPR seringkali mirip dengan autisme, sehingga menyebabkan banyak orang tua yang salah mengira anaknya mengidap autisme padahal sebenarnya mereka melakukan CPR.

Rosdiana mengatakan, beberapa orang tua menemui terapis karena perilaku anaknya yang diduga autis.

“Banyak orang mengira anaknya autis padahal sebenarnya tidak, padahal anak tersebut mengalami gangguan sensorik,” kata Rosdiana.

Penting untuk mendapatkan diagnosis dari ahli yang dapat membedakan kedua kondisi tersebut agar dapat memberikan intervensi yang tepat untuk membantu anak mengatasi masalah yang dihadapinya.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D