0 0
Read Time:1 Minute, 42 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta Para ilmuwan telah mencapai prestasi luar biasa dalam menumbuhkan cula kecil pada tikus melalui manipulasi genetik. Menurut makalah yang baru diterbitkan, terobosan ini dicapai dengan memasukkan gen rusa ke dalam genom tikus. 

Hasilnya, tikus tersebut mampu mengembangkan tanduk kecil dengan kecepatan yang tidak biasa, yaitu sekitar 2,75 inci per hari. Perilaku ini menjadikan tanduk sebagai salah satu jaringan yang paling cepat beregenerasi di dunia hewan

Pertumbuhan semut ini memberikan wawasan menarik mengenai kemampuan mamalia untuk beregenerasi. Kebanyakan mamalia kehilangan kemampuannya untuk beregenerasi organ dan jaringan. 

Oleh karena itu, kemampuan memanipulasi tanduk rusa secara terus menerus memberikan wawasan berharga dalam proses regenerasi, khususnya di bidang penyembuhan tulang. Berikut Liputatn6.com rangkum keunikan jamur rusa tua ini dilansir IFL Science pada Selasa (16/4/2024).

Penelitian ini dipimpin oleh peneliti Tiongkok To Qin dan timnya di Northwest Polytechnic University di Xi’an. Penelitiannya berfokus pada sistem regenerasi rusa sika Semut sika tumbuh kembali setiap tahun sebelum tumbang, dan melalui penelitian tersebut timnya mampu menghasilkan pengetahuan tentang tanduk hutan sika.

Di Jepang, rusa sika sendiri dianggap sebagai hewan suci. Rusa sika adalah spesies rusa dalam keluarga Cervidae yang berasal dari Asia Timur di kawasan hangat di Asia Timur bagian selatan.

Dalam penelitian ekstensif ini, tim berhasil mengisolasi sel dan gen kunci yang terlibat dalam pengembangan cula. Mereka mengidentifikasi sel induk yang paling aktif dalam proses regenerasi, dan jenis sel baru yang muncul setelah penyerbukan.

Setelah mengidentifikasi sel-sel dengan potensi regeneratif terbesar, tim membiakkannya dalam cawan petri. Kemudian, sel-sel tersebut ditransplantasikan ke kepala tikus percobaan. 

Hanya dalam waktu 45 hari, tikus tersebut mampu mengembangkan tulang kecil yang terlihat.

Penelitian ini tidak hanya menyoroti mekanisme genetik yang mengendalikan pertumbuhan semut, tetapi juga menunjukkan potensi penggunaannya dalam pengobatan regeneratif manusia. Melalui atlas sel spatiotemporal regenerasi kornea, peneliti memberikan sumber informasi penting dan historis untuk pengembangan pengobatan regeneratif.

Namun keberhasilan ini juga membawa banyak pertanyaan dan tantangan.

Oleh karena itu, penelitian ini tidak hanya membuka jalan bagi pengobatan revolusioner, tetapi juga menghadirkan tantangan etika dan keamanan yang harus diatasi dalam pengembangan teknologi genetika.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D