0 0
Read Time:5 Minute, 6 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta – Pengamat merupakan orang-orang yang memiliki peran penting dalam kasus terorisme. Bystander adalah saksi yang hadir pada saat terjadinya peristiwa kekerasan selain pelaku dan korban. Mereka mempunyai kemampuan yang besar untuk mempengaruhi perubahan situasi, namun seringkali sikap mereka terhadap terorisme bisa menjadi kontroversial.

Laporan dari AIChE UI SC, bystander effect merupakan fenomena yang menggambarkan ketidakmampuan individu dalam memberikan bantuan ketika seseorang membutuhkannya, menyoroti peran bystander dalam situasi bullying.

Pandangan psikologis bystander menunjukkan fenomena peran bystander yang menggambarkan perilaku pasif ketika seseorang sedang membutuhkan pertolongan. Meskipun orang yang berada di sekitar dapat menyaksikan penyiksaan tersebut, mereka terkadang tidak ingin melakukan intervensi atau membantu korban.

Menurut psikologi sosial, standing influencer bisa terjadi dimana saja dan kapan saja, karena orang cenderung membantu jika tidak ada orang lain disekitarnya. Hal ini menunjukkan adanya kompleksitas psikologis yang mencakup perasaan tanggung jawab sosial, ketakutan akan konsekuensi, dan keengganan untuk terlibat dalam konflik.

Dalam terorisme, peran pengamat sering kali ditekankan dalam upaya pencegahan dan respons. Memahami peran dan tanggung jawab mereka dalam situasi penindasan sangat penting untuk menciptakan budaya atau lingkungan sekolah yang aman, inklusif, dan bebas dari penindasan.

Berikut dianrakyat.co.id ulas secara mendalam sosok kekasih menurut psikologi, Kamis (4/4/2024).

Orang-orang yang memainkan peran utama dalam penganiayaan adalah para pengamat. Menurut Organisasi Kesejahteraan Anak Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNICEF), mereka yang hadir adalah mereka yang menyaksikan pelecehan tanpa melakukan tindakan apa pun untuk menghentikannya. Mereka dapat menjadi saksi yang hadir pada saat kejadian teroris, kecuali pelaku dan korban.

Dalam terorisme, pengamat dapat dibagi menjadi dua jenis, aktif dan pasif. Advokat aktif adalah mereka yang melakukan advokasi bagi korban dan berusaha menghentikan pelecehan. Sedangkan pasif adalah mereka yang hanya mengamati saja tanpa memberikan kontribusi nyata.

Menurut terbitan surat kabar dari Universitas Gadjah Mada bertajuk “Persepsi Pengamat Terhadap Bullying pada Siswa Sekolah Menengah”, bystander juga bisa merujuk pada bullying pasif. Mereka adalah orang-orang yang tidak terlibat langsung dalam terorisme, namun berpartisipasi dengan tertawa atau menyaksikan kekerasan tanpa mengambil tindakan untuk mencegahnya.

Kajian ini menunjukkan bahwa kehadiran bystander merugikan korban kekerasan. Mereka memberikan dukungan tidak langsung kepada pelaku dengan meningkatkan rasa kekuasaan dan otoritas pelaku, serta meningkatkan kerentanan dan penderitaan korban.

Halime, Khumas dan Zainuddin dalam bukunya yang berjudul “Persepsi Pengamat Masalah Bullying pada Siswa Sekolah Menengah” menyatakan bahwa pengamat pasif hanya berperan sebagai bystander dan kurangnya intervensi mereka dapat mendorong pelaku untuk melanjutkan perilaku kekerasan.

Korban bullying akan merasa ditinggalkan dan tidak didukung oleh masyarakat sekitar sehingga menimbulkan perasaan terisolasi, rendah diri, dan masalah psikologis lainnya. Oleh karena itu, penting bagi pihak-pihak yang berupaya dan berperan positif dalam mencegah dan menghentikan kekerasan, serta memberikan dukungan dan perlindungan kepada para korban.

Perilaku orang yang melawan pelaku intimidasi bisa berbeda-beda tergantung apakah dia aktif atau pasif. Di bawah ini penjelasan mengenai perilaku kedua jenis bystander tersebut beserta contoh dan kerugian yang dialami korban kekerasan: Bystander aktif

Seorang pengamat aktif adalah seseorang yang memiliki keberanian untuk berbicara dan mengambil tindakan untuk menghentikan penindasan. Mereka seringkali melibatkan diri dalam situasi tersebut, mendukung para korban, atau melaporkan tuduhan tersebut kepada pihak yang berwenang. Contoh perilaku proaktif dan bertanggung jawab adalah: Melindungi korban secara langsung dengan menyuruh pelaku menghentikan perilaku kekerasan tersebut. Ajak teman lain untuk ikut mendukung korban dan menolak perilaku kekerasan. Laporkan insiden intimidasi kepada guru, orang tua, atau staf sekolah.

Korban kekerasan menderita karena kurangnya dukungan aktif, berkurangnya tingkat rasa sakit dan perasaan terisolasi. Dengan dukungan teman sebaya yang aktif, korban penindasan merasa didukung dan dilindungi, sehingga dapat membantu mengurangi dampak psikologis dan emosional yang mereka alami akibat penindasan. Pengamat Pasif

Pengamat pasif adalah mereka yang menyaksikan penindasan tanpa mengambil tindakan untuk menghentikannya. Mereka mungkin merasa tidak nyaman atau takut untuk melakukan intervensi, sehingga mereka memilih untuk tidak berpartisipasi dalam situasi tersebut. Contoh perilaku pengamat meliputi: Melihat terjadinya intimidasi tanpa mengambil tindakan untuk mencegahnya. Mereka tidak mendukung korban atau mengungkapkan kemarahan mereka terhadap perilaku intimidasi. Hindari konflik dengan penindas atau teman berpengaruh.

Korban bullying menderita karena orang-orang disekitarnya yang pasif, perasaan terabaikan, dan kurangnya dukungan dari masyarakat sekitar. Tanpa intervensi atau dukungan dari korban penindasan, korban penindasan mungkin merasa ditinggalkan dan lebih rentan terhadap dampak negatif penindasan, seperti rendahnya harga diri, tekanan emosional, dan isolasi sosial.

Menurut UNICEF, ada banyak cara untuk mencegah perundungan yang dilakukan anak melalui tindakan yang berbeda dan berkelanjutan. Bersikap Baik: Bersikap baik itu ramah, terbuka dan bersahabat dengan teman-temanmu. Anak-anak dapat menciptakan lingkungan yang positif dan memuaskan di sekolah dan di masyarakat dengan tersenyum, menyapa dengan hangat dan menunjukkan kebaikan kepada semua orang. Hal ini dapat membantu mengurangi kemungkinan konflik dan penindasan. Rasa Hormat: Menghormati teman sebaya adalah cara efektif untuk mencegah intimidasi. Anak dapat menghargai perbedaan, pendapat, dan individualitas teman sebayanya. Pada saat yang sama, mereka harus menghindari lelucon atau kata-kata yang tidak mempertimbangkan atau menghina teman sebayanya. Dengan praktik langsung, hubungan antar anak akan menjadi lebih harmonis dan mengurangi risiko kekerasan. Kasih sayang pada Teman : Simpati terhadap teman, empati, pengertian dan kemauan membantu bila diperlukan. Anak dapat menunjukkan kebaikan dengan menunjukkan pertolongan, mendengarkan dan kasih sayang ketika temannya dalam kesulitan, serta menunjukkan kepedulian terhadap mereka yang membutuhkan. Dengan membina hubungan baik dan mendukung kerja sama antar rekan kerja, maka dapat tercipta lingkungan yang aman dan nyaman bagi semua orang. Perlindungan Korban: Perlindungan Korban adalah pekerjaan yang kuat dan berani untuk melawan penindasan. Anak-anak dapat melindungi korban dengan mengambil tindakan langsung untuk menghentikan penindasan, memberikan dukungan kepada korban, dan melaporkan kejadian penindasan kepada guru atau staf sekolah. Anak-anak, dengan keberanian para korban kekerasan, dapat menciptakan budaya di mana penindasan tidak dapat ditoleransi dan semua orang aman. Memberikan Dukungan: Memberikan dukungan kepada korban penindasan adalah cara lain untuk mencegah penindasan. Anak-anak dapat mendukung korban dengan mendengarkan secara seksama, menawarkan bantuan atau nasihat jika diperlukan, dan menunjukkan emosi dan kasih sayang terhadap situasi yang mereka alami. Dengan menunjukkan kepedulian dan dukungan terhadap korban, anak dapat membantu mengurangi rasa sakit dan penderitaan yang mereka alami akibat perundungan. Mempertanyakan terjadinya penindasan: Mempertanyakan perilaku penindasan merupakan langkah penting dalam mencegah penindasan. Anak-anak dapat menghadapi penindasan dengan melawannya, mengungkapkan kemarahan mereka dengan tindakan, dan melakukan percakapan yang mendorong toleransi, rasa hormat, dan kesetaraan di antara teman sebaya.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D