0 0
Read Time:3 Minute, 44 Second

dianrakyat.co.id, JAKARTA – Masjid Jama Al Jabar di Bandung, Jawa Barat kembali menjadi sorotan. Kali ini bukan soal keindahannya, melainkan karena adanya pengenaan pajak ilegal (penggelapan) yang menarik pengunjung. Pemilik akun Twitter atau

Menanggapi kejadian viral tersebut, Menteri Penanggulangan Krisis (Komando Perkraft) di Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, pakar Fajer Hotomo buka suara. Menurut dia, fenomena penindakan, termasuk parkir tanpa izin yang melecehkan wisatawan, tidak hanya dialami di Jabar, tapi juga di kota-kota destinasi wisata lainnya.

Hal ini semakin banyak terjadi pada libur lebaran tahun ini. “Saya pikir apa yang terjadi di Masjid Al-Jabbar sangat mirip dengan apa yang terjadi di Yogyakarta dan tempat lain. Juga soal parkir liar dan tilang.” Bersama, Selasa (1393/04/16).

Ia menambahkan, Kementerian Kreatif dan Ekonomi Kreatif telah mencanangkan Program Penanggulangan Krisis Pariwisata (MKK) yang diharapkan dapat menemukan solusi permasalahan pungutan liar. Program tersebut diterapkan di tempat-tempat wisata di sejumlah daerah untuk menghilangkan pungutan liar yang dipungut wisatawan. Yang utama adalah kerjasama berbagai pihak terkait dan konsistensi dalam penerapan aturan yang telah ditetapkan.

“MKK ini sedang kita sosialisasikan ke daerah-daerah. MKK ini merupakan wadah untuk menjawab semua kepentingan terkait.” Fajar menjelaskan. “Tentu ada pekerjaan rumah. Apa yang dilakukan pihak parkir, apa yang dilakukan Satpol PP? Kalau kita bicara ekosistem yang lebih luas, apalagi koordinasi dengan kepolisian, BMKG,” imbuhnya.

Fajr menambahkan, upaya pemberantasan produk ilegal di destinasi wisata tentunya tidak lepas dari peran pemerintah daerah (PAMDA). Kemenparekraf merekomendasikan agar pemerintah daerah mengomunikasikan komitmen pemerintah dan berbagai pihak, khususnya dalam pencegahan kebakaran di berbagai destinasi wisata.

Fajr berharap Dinas Pariwisata dan pemerintah setempat dapat bekerja sama dalam menghilangkan fenomena kebakaran yang masih meluas, terutama di beberapa kawasan tempat wisata. “Inilah pentingnya pengelolaan destinasi. Tapi kewenangannya ada di pemerintah daerah. Kemenparekraf aksesnya terbatas. Kita tidak bisa menjangkau daerah terpencil, tapi bisa kita bantu dengan standar prosedur dan kebijakan.” Dia menyimpulkan.

Menyikapi permasalahan pungli dan parkir liar di Bandung, Sekretaris Daerah Provinsi Jawa Barat (Jabbar) menyatakan akan segera menghentikan perambahan yang dilakukan juru parkir dan petugas gudang di kawasan Masjid Aljabar.

Minggu, 14 April 2024, Herman Suritman yang juga Ketua Harian Pengurus Masjid Al-Jaber mengatakan: “Pagi ini Pengurus Masjid Al-Jaber membahas langsung masalah ini, termasuk petugas lapangan. Versi diterima oleh tim gaya hidup dianrakyat.co.id.

Menurut Harmin, Dewan Pengurus sebagai pihak yang mengawal masjid di provinsi tersebut ingin secepatnya menyelesaikan masalah ini. Dia berjanji jika pencurian paksa ditemukan oleh agen, dewan eksekutif akan menyelesaikannya sesegera mungkin. “Kami akan bereskan semuanya,” kata Herman.

Diakuinya, prioritas utama Dewan Eksekutif selalu kesejahteraan dan keselamatan masyarakat. Oleh karena itu, pihaknya menyayangkan kejadian yang menimbulkan kerugian bagi jemaah tersebut. Beliau berkata: Kami meminta maaf atas nama Pengurus Masjid Jamia Al Jabar.

Herman membenarkan, kejadian tersebut dilakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab tanpa izin dan tanpa sepengetahuan manajemen. Pihaknya berjanji akan mengevaluasi sistem pemberian layanan di daerah tersebut agar kejadian serupa tidak terulang kembali di kemudian hari.

Harman juga berpesan kepada jemaah untuk mewaspadai oknum yang memungut uang atas nama jasa Masjid Jama’i al-Jabar, termasuk pungutan parkir tidak resmi. “Jika terjadi kejadian seperti itu, laporkan kepada kami atau pihak berwenang,” katanya.

Sebelumnya, seorang pengguna mulai memperlihatkan gambar masjid yang tampak indah dan bersinar di malam hari.

Pada 13 April 2024, dia mentweet: “Masjid yang tidak akan pernah saya kunjungi dan tidak akan pernah saya rekomendasikan untuk dikunjungi.” Ia menjelaskan, saat itu ia memutuskan pergi ke masjid untuk salat magrib.

Dari kejauhan, ia mengaku takjub melihat keindahan masjid yang diterangi lampu warna-warni itu. Sesampainya di depan pintu, dia diberi tiket parkir.

Ia mengaku kesulitan mencari tempat parkir karena melihat ratusan mobil sekaligus. Ia pun membayangkan ribuan orang akan salat berjamaah.

“Setelah berjalan akhirnya kami menemukan tempat parkir dan di dalamnya terdapat seorang tukang parkir yang mengenakan rompi. Ketika saya turun dari mobil, mereka langsung meminta saya untuk membayar semampu saya karena saya sedang membantu parkir.” Tak mau dikasih 2000 katanya benar.

Lanjutnya, “Saya kasih 5.000, tapi saya cari lagi. Akhirnya petugas bilang, “Saya kasih 10.000 karena itu azan dan saya ingin ke masjid secepatnya.”

Saat hendak melepaskan sepatunya, kesabarannya kembali diuji. Diakuinya, petugas yang dia layani saat itu tidak mau menerimanya karena sepatunya tidak akan diplastisisasi. Ia harus membeli plastik yang dijual di depan halaman seharga 5000 riyal.

Kemudian dia pergi ke toilet sebelum berwudhu. Namun kelakuan petugas di kamar mandi juga kurang ramah. Ia mengaku disuruh petugas untuk “tidak terlalu lama berada di kamar mandi” saat menggunakan kamar mandi. Akhirnya dia tidak ke toilet dan langsung berwudhu. Katanya tempatnya besar dan tenang.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D