0 0
Read Time:3 Minute, 33 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta – Stroke tidak lagi identik dengan usia tua. Kasus stroke semakin banyak terjadi pada usia kerja, bahkan pada usia sangat muda.  Jika sebelumnya penyakit ini banyak menyerang orang berusia di atas 60 tahun, kini kasus stroke semakin banyak terjadi pada orang berusia di bawah 45 tahun.  Kelompok umur manakah yang paling terkena dampak stroke?

Ahli Saraf Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON) Prof Dr Mahar Marjono, Jakarta, dr Nandini Falita Laxmi, Sp.S mengungkapkan, dahulu kasus stroke yang berhubungan dengan diabetes, hipertensi, atau kadar kolesterol tinggi umumnya banyak ditemukan pada pasien. orang berusia 40an ke atas.

Namun gejalanya kini mulai terasa pada orang yang lebih muda, bahkan sejak usia 26 tahun. Perubahan ini tentu memprihatinkan, karena di usia subur sekitar 40 tahun, semakin banyak masyarakat yang menghadapi kondisi yang biasa terjadi di usia tua.

“Di rumah sakit kami, dari sekitar 750 pasien yang berobat setiap hari, 70 persennya adalah pasien stroke,” kata Direktur Utama RSPON Dr. Adin Nulkhasanah, Sp.S, MARET dalam rangka Hari Stroke Sedunia 2024, Rabu Oktober 29 Agustus 2024.

Fakta ini menunjukkan betapa seriusnya tren stroke di Indonesia. Banyak dari pasien tersebut yang masih tampak sehat, berani dan aktif, namun kini terpaksa menggunakan kruk atau kursi roda karena stroke yang dideritanya.

 

Sayangnya, seringkali masyarakat tidak mengenali dengan tepat gejala stroke. Adin menjelaskan, jika ada yang merasakan nyeri dada, langsung mengira itu pertanda serangan jantung dan segera dibawa ke IGD.

Sebaliknya, jika Anda merasakan mati rasa pada salah satu bagian tubuh, sering kali hal tersebut dianggap sebagai masalah kecil dan diabaikan. Faktanya, stroke memiliki jangka waktu pengobatan yang sangat singkat.

Keterlambatan pengobatan dapat mengakibatkan cacat permanen atau bahkan kematian. Kurang dari 4,5 jam setelah gejala pertama muncul, perawatan medis seperti trombolisis dapat mencegah akibat serius dari stroke.

“Jika ada faktor risiko seperti aneurisma, bisa saja terjadi pendarahan. Namun, tanpa pengobatan yang tepat, pasien bisa meninggal dalam beberapa jam atau hari,” tambah Adin.

 

Menurut Direktur Medis dan Keperawatan RS PON, dr Reza Aditya Arpandi, Sp.S, definisi stroke pada usia muda adalah pada orang yang berusia di bawah 45 tahun.

Namun batasan usia ini berubah karena semakin banyak pasien yang mengalami stroke pada usia lebih muda. Salah satu pasien termuda yang pernah dirawat di RSPON adalah seorang remaja berusia 17 tahun yang menderita stroke akibat kelainan darah yang menyebabkan darahnya mengental secara berlebihan.

Reza mencontohkan, faktor gaya hidup modern juga mempengaruhi risiko stroke di usia muda. Dahulu masyarakat memiliki pola makan yang sehat dan aktivitas fisik yang tinggi, sedangkan gaya hidup saat ini didominasi oleh gaya hidup yang minim aktivitas dan pola makan yang tidak sehat.

Dianjurkan untuk melakukan aktivitas fisik sedang, seperti berjalan kaki selama 30 menit, setidaknya lima kali seminggu. Namun berapa banyak dari kita yang rutin mengikuti rekomendasi ini?

“Gaya hidup kita saat ini telah beralih dari aktif ke menetap, yang berkontribusi terhadap peningkatan risiko stroke,” ujarnya.

 

Di Indonesia, pelayanan medis untuk pengobatan stroke masih tertinggal dibandingkan pelayanan medis untuk penyakit jantung. Sebagai pusat rujukan nasional, RSPON terus berupaya meningkatkan pelayanan guna meningkatkan kualitas hidup pasien stroke.

“Kami tidak ingin menjadi rumah sakit dengan jumlah pasien stroke terbanyak. Kami berupaya agar jumlah pasiennya serendah mungkin,” kata Adin. Peluncuran Layanan Terbaru: Pusat Karotis Komprehensif

Hari ini, Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RS PON) resmi meluncurkan layanan terbarunya, yaitu Comprehensive Carotid Center. Peluncuran ini terwujud melalui workshop dan seminar gratis yang dihadiri oleh berbagai rumah sakit jaringan stroke dan melibatkan para ahli stroke terkemuka dari dalam dan luar negeri.

Adin menekankan, pilihan pengobatan stroke masih terbatas, terutama di daerah. Tindakan cepat sangat penting untuk meminimalkan kerusakan otak dan mencegah kecacatan. Namun upaya pencegahan stroke juga tidak kalah pentingnya.

“Layanan Carotid Center yang komprehensif ini sangat penting dalam upaya pencegahan stroke dan diharapkan dapat mengurangi kecacatan dan kematian akibat stroke,” ujarnya.

Berfokus pada deteksi dan pengobatan masalah terkait arteri karotis, layanan ini merupakan langkah penting dalam mengurangi risiko stroke bagi pasien Indonesia.

 

 

 

Sebagai bagian dari upaya meningkatkan layanan tersebut, RS PON bekerja sama dengan Institut Teknologi Bandung (ITB) mengembangkan model arteri karotis.

“Model ini merupakan yang pertama di Indonesia yang dapat mensimulasikan arteri karotis dalam kondisi dekat dengan tubuh manusia. Inovasi ini dirancang untuk membantu para ahli mempersiapkan operasi arteri karotis dengan lebih efektif dan akurat,” ujar Biomedia dan Neuroscience Engineering. Pakar ITB, Muhammad Shiddiq Syed Hoshuro, S.T.

 

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D