dianrakyat.co.id, Jakarta – Mitsubishi menyiapkan pembaruan untuk Outlander PHEV. Model tersebut kabarnya akan mulai dijual di Jepang pada Oktober 2024.
Menurut Carscoops, eksterior New Mitsubishi Outlander PHEV akan memiliki tampilan yang lebih halus dan canggih. Namun dari gambar teaser yang ditampilkan, ubahan pada wajah mobil ini terbilang minor karena masih sangat mirip dengan pendahulunya.
Selain itu, crossover tersebut kabarnya akan memiliki palet warna baru yang mencakup opsi metalik Moonstone Grey. Pembeli juga bisa menemukan velg baru berukuran 20 inci dengan desain two-tone.
Sementara itu, banyak orang yang merasa interiornya menawarkan sentuhan lebih modern dengan kualitas premium. Oleh karena itu, kesan kendaraan yang modern dan mewah dapat dihadirkan pada update kali ini.
Sekadar informasi, Outlander PHEV menggunakan jok kulit semianilin berventilasi dan juga mendapat sistem infotainment baru berukuran 12,3 inci yang menggantikan layar sebelumnya berukuran 8 dan 9 inci.
Sementara itu, Mitsubishi akan melanjutkan kolaborasinya dengan Yamaha di bidang sound system setelah dijalankan pada XForce. Tidak hanya itu, kendaraan tersebut menggunakan baterai baru yang diklaim pabrikan akan memperluas jangkauan EV secara signifikan.
Mitsubishi Motors Jepang dikabarkan akan bergabung dengan aliansi antara Honda Motor dan Nissan Motor. Hal ini menciptakan hubungan antara produsen mobil dengan penjualan gabungan lebih dari 8 juta kendaraan. Demikian dilansir Asia Nikkei, Senin (29/7/2024).
Seperti dilansir Reuters, Mitsubishi Motors, yang 34 persen sahamnya dimiliki Nissan, akan bekerja sama dengan Honda dan Nissan untuk merampungkan rincian kemitraan strategisnya.
Ketiga perusahaan ini bertujuan untuk menstandarisasi perangkat lunak dalam kendaraan yang dapat mengendalikan mobil.
Sementara itu, Mitsubishi Motors sendiri menolak mengomentari laporan tersebut, dan juru bicara Nissan mengatakan laporan tersebut tidak berdasarkan apa pun yang diumumkan oleh salah satu perusahaan. Sementara itu, juru bicara Honda tidak menanggapi permintaan komentar.
Dorongan untuk berkolaborasi antara ketiga perusahaan tersebut terjadi setelah Nissan kehilangan pangsa pasar di dua negara terbesarnya, AS dan Tiongkok, yang menyumbang setengah dari penjualan globalnya pada tahun ini hingga Maret (FY).
Nissan memangkas prospek tahunannya setelah melakukan diskon besar-besaran di AS dan sepenuhnya menghapus laba kuartal pertamanya.