dianrakyat.co.id, Jakarta – Indonesia memiliki tambahan potensi produksi minyak sekitar 4.096 BOPD dan gas sekitar 98 MMSCFD. Hal ini merupakan hasil dari program Filling The Gap yang digagas oleh Satuan Tugas Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) dan Kontraktor Kerja Sama (KKKS).
Kepala Bagian Produksi dan Pemeliharaan SKK Miga Bambang Prayoga menjelaskan, penambahan potensi program Filling The Gap dicapai melalui upaya optimalisasi kegiatan pemeliharaan terencana yang diharapkan dapat menghasilkan tambahan produksi minyak sekitar 2.000 BOPD dan gas bumi sebesar 20 BOPD. .
“Selanjutnya penerapan teknologi produksi diharapkan dapat menambah minyak sekitar 643 BOPD dan gas sebesar 7 MMSCFD,” jelas Bambang dalam Rapat Kerja Produksi, Pengukuran, dan Pemeliharaan Fasilitas Tahun 2024, dalam keterangan tertulis, Kamis (6/6/2024). ). .
Selain itu, menghilangkan kemacetan, menipisnya stok, dan mengoptimalkan fasilitas produksi diperkirakan akan meningkatkan produksi minyak sekitar. 1.379 BOPD dan produksi gas sekitar. 65 MMSCFD. Selanjutnya, upaya untuk mengoptimalkan penggunaan bahan bakar dan mengurangi pembakaran dan aliran masuk dari sumur-sumur tua akan meningkatkan produksi minyak sekitar. 74 BOPD dan produksi gas sekitar. 6 MMSCFD.
Lanjut Bambang, potensi tambahan produksi migas pada program Filling The Gap berasal dari program di luar yang disepakati dalam Pekerjaan, Program, dan Anggaran (WPnB) 2024.
“Keberhasilan SKK Migas dan KKKS dalam menemukan tambahan potensi produksi migas menunjukkan bahwa kita terus bekerja keras mengerahkan berbagai upaya dalam situasi dan kondisi yang sulit dan menuntut, sehingga produksi migas dapat ditingkatkan,” kata Bambang.
Untuk memastikan adanya tambahan potensi migas yang ditemukan pada program Filling The Gap, maka SKK Migas setelah rapat kerja ini selesai akan melakukan koordinasi dan pembahasan teknis lebih lanjut agar program tersebut dapat terlaksana sesuai dengan rencana. batas waktu yang disepakati.
“Semakin cepat program Filling The Gap dapat dilaksanakan, maka tambahan produksi migas pasti dapat segera terealisasi,” jelas Bambang.
KKKS berkontribusi dalam penyediaan minyak melalui program Filling The Gap minyak antara lain Pertamina Group, Exxon Mobil Cepu Limited, Medco Group dan lainnya. Untuk gas, KKKS yang turut berkontribusi dalam program Filling The GAP antara lain Pertamina Group, Medco Group, ENI Muara Bakau, BP Berau dan lain-lain.
Lebih lanjut dikatakannya, selain upaya program Filling The Gap, SKK Migas dan KKKS juga akan melakukan inovasi dan terobosan untuk mengurangi penggunaan bahan bakar gas dan menggantinya dengan sumber energi listrik dari PLN.
“Seperti Badak LNG yang membutuhkan bahan bakar gas dalam jumlah yang sangat besar, mencapai 32 MMSCFD. Jika rencananya akan mengganti penggunaan bahan bakar gas dengan listrik yang dihasilkan dari PLN, maka bahan bakar gas sebesar 32 MMSCFD dapat direalisasikan dan dipasarkan sebagai gas pipa. LNG atau bentuk lainnya,” ujarnya.
Di masa lalu, gas bumi merupakan penopang ketahanan energi nasional pada masa transisi energi dan dinamika global yang terkena dampak gejolak geopolitik.
Kepala Pemasaran Migas SKK Migas Rayendra Siddik mengatakan perkembangan pasar gas bumi semakin pesat untuk melindungi Indonesia dari volatilitas energi dan dapat diimbangi dengan upaya SKK Migas dan K3S untuk menjaga minat investasi hulu minyak. dan sektor gas. Oleh karena itu, diperlukan dukungan PGN untuk memperluas pasar agar dapat menyerap gas lebih banyak.
“Dengan tersedianya infrastruktur gas bumi, maka PGN dapat menyalurkan gas bumi dari Jawa Timur ke Jawa Barat yang memang membutuhkan gas. Peran PGN juga diperlukan untuk mempercepat infrastruktur WNTS-Pemping untuk mengangkut gas Natuna ke pasar dalam negeri, kata Rayendra, Minggu (26/5/2024).
Fokus SKK Migas terhadap kebutuhan energi dalam negeri sejalan dengan komitmen Pertamina terhadap ketahanan energi nasional dan pengurangan impor.
Direktur Logistik dan Infrastruktur Pertamina Alfian Nasution berharap PGN selaku pengelola gas Pertamina dapat meningkatkan kontribusinya dengan mengembangkan saluran gas dalam negeri untuk impor LPG, serta berkolaborasi dengan pemeliharaan lainnya untuk ketahanan energi.
Peran gas juga menjadi tantangan bagi Pertamina di masa transisi, sekaligus mewujudkan strategi rendah karbon Pertamina. Beberapa fasilitas di kilang atau hulu diperkirakan akan menggunakan gas, sehingga PGN berperan besar dalam ketersediaan gas.
“Energi fosil akan mencapai puncaknya pada tahun 2030. Energi terbarukan seperti biofuel tenaga surya diperkirakan mencapai 40-45% dari total kebutuhan energi. Namun kebutuhan gas terus meningkat sehingga terdapat potensi besar bagi PGN di bidang energi. transisi,” kata Alfian.
Dukungan dari berbagai pihak memberikan kontribusi yang signifikan bagi PGN. Selain itu, prakiraan perkembangan makro dan global terkait bahan bakar fosil, khususnya gas, pada masa transisi saat ini.
Untuk itu kami berkomitmen untuk menyambungkan infrastruktur. Region Timur belum ada pipanya, jadi harus ada model lain, di luar pipa. PGN akan selalu menjamin penyaluran gas dan menjaga kehandalan, kata Direktur Utama PGN Arief Setiawan Handoko.
PGN juga meyakini bahwa dalam konteks infrastruktur gas bumi di Indonesia bagian timur, diperlukan perencanaan logistik lebih lanjut. Salah satunya adalah transportasi laut yang harus dapat digerakkan untuk mendukung transisi energi yang lebih berkelanjutan, apalagi mengingat letak geografis Indonesia sebagai negara kepulauan.
PGN akan memanfaatkan peluang pemanfaatan gas bumi pada masa transisi dengan mengintegrasikan infrastruktur yang ada agar terus berkembang. Dengan integrasi tersebut, kita akan dapat memenuhi kebutuhan kota-kota baru, kawasan industri, transportasi CNG dan transportasi laut. Selain itu, konsolidasi lebih lanjut untuk memenuhi kebutuhan gas bumi dari sektor pembangkit listrik, kilang Pertamina dan pembeli utama lainnya.