0 0
Read Time:4 Minute, 7 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta – Elon Musk baru saja meluncurkan layanan internet satelit Starlink di Puskesmas Sumerta Kelodi di Denpasar, Bali, Indonesia.

Adanya layanan internet baru ini menimbulkan beberapa pertanyaan: Apakah Starlink berpotensi mengganggu layanan internet operator seluler, fiber optic, dan satelit yang sebelumnya tersedia di Indonesia?

Kehadiran Starlink mendapat perhatian khusus dari Pengamat Telekomunikasi Forum Indotelko Doni Ismanto Darwin. Ia yakin layanan internet milik Elon Musk bisa menjadi pilihan masyarakat.

Kehadiran Starlink dapat menjadi pilihan baru bagi pengguna yang ingin menggunakan layanan Internet sesuai kebutuhannya, karena Starlink Internet menggunakan satelit LEO (Low Earth Orbit) yang memiliki keunggulan dibandingkan layanan lain yang menggunakan satelit GEO (Geostationary Earth) di dalamnya. orbitnya).

Menurut Don, layanan Starlink cocok untuk wilayah dengan jangkauan internet terbatas serta wilayah 3T (daerah tertinggal, daerah perbatasan, dan daerah pinggiran).

“Penggunaan Starlink berguna bila alat tersebut digunakan di wilayah yang belum terjangkau layanan Internet seluler dan serat optik,” ujarnya.

Meski demikian, dia tidak memungkiri kemunculan Starlink akan berdampak pada penyedia layanan Internet satelit yang sudah ada sebelumnya yang beroperasi di Indonesia.

Tentu saja dampak kemunculan Starlink akan dirasakan oleh operator satelit Pacific Satellite Nusantara (PSN), karena keduanya memiliki pangsa pasar yang kurang lebih sama, tambahnya.

Ia juga menyoroti peluncuran Starlink di Puskesmas Sumerta Kelodi di Denpasar, Bali. Menurut dia, Starlink tidak akan mengambil pangsa pasar dari layanan Internet satelit Satria-1 yang selama ini melayani peralatan pemerintah di wilayah 3T.

Kehadiran Starlink tidak dapat mengganggu layanan Internet Satria-1, perangkat negara di wilayah yang tidak memiliki akses Internet, ujarnya.

Misalnya, Kementerian Kesehatan memiliki kurang lebih 10.000 puskesmas di Indonesia, dan 80 persen dari puskesmas tersebut memiliki layanan internet satelit Satria-1, tambahnya.

Namun layanan Starlink juga diperlukan untuk memberikan layanan Internet kepada instansi pemerintah yang belum terkoneksi dengan layanan Internet Satria-1.

“Starlink dapat melengkapi puskesmas atau instansi pemerintah lainnya yang belum terekspos internet,” tutupnya.

 

 

Meski baru dirilis di Indonesia, Doni mengaku Starlink bisa menjadi ancaman serius bagi industri telekomunikasi Tanah Air.

“Saat ini Starlink belum menjadi pesaing serius bagi para pemain besar industri telekomunikasi Indonesia,” kata Doni.

“Tetapi perlu diingat, jika Starlink dibiarkan begitu saja tanpa regulasi pemerintah, maka Starlink bisa menjadi pemain besar saat ini mengalahkan operator seluler dan fiber optik di Indonesia,” imbuhnya.

Dia menyoroti perkembangan besar Starlink di luar negeri. Bahkan, Elon Musk menguji layanan internet Starlink langsung di smartphone tanpa memerlukan parabola.

“Starlink berpotensi menjadi pemain besar di Indonesia jika teknologi layanan satelit direct-to-cell memungkinkan smartphone terhubung ke jaringan Starlink tanpa menggunakan parabola khusus,” ujarnya.

Selain itu, Doni juga melihat kemungkinan penyedia layanan internet kecil bisa menjadi korban Starlink. Oleh karena itu, ia menyarankan Starlink untuk bermitra dengan ISP di daerah terpencil agar lebih banyak pengguna dapat mengakses layanan Starlink dan menciptakan sinergi dengan perusahaan-perusahaan tersebut.

“Starlink sebaiknya bermitra dengan penyedia kecil sehingga lebih banyak pengguna yang tidak memiliki akses internet dapat mengakses layanan Starlink,” kata Doni.

Selain itu, Doni juga menyarankan agar pemerintah serius memenuhi janji Starlink untuk membangun infrastruktur jaringan internet di Indonesia.

“Jika Starlink serius mendukung jaringan Internet Indonesia, mereka perlu membangun gateway ke Indonesia. Terlebih lagi, janji Starlink untuk membangun infrastruktur di Indonesia secepatnya harus dilaksanakan agar masyarakat percaya bahwa Starlink serius untuk Indonesia,” ujarnya. dikatakan.

Meski menawarkan internet berkecepatan sangat tinggi bahkan di daerah terpencil, Doni Ismanto Darwin menyoroti kemungkinan perangkat tersebut disalahgunakan untuk kegiatan separatis, terutama di wilayah konflik di Indonesia.

“Saya lebih prihatin jika kelompok separatis seperti OPM menggunakan layanan Starlink untuk menyebarkan propaganda atau kegiatan lain yang mengancam kedaulatan negara,” ujarnya.

“Bisa menjadi masalah besar jika pemerintah tidak memantau penyebaran Starlink di Indonesia,” imbuhnya.

Menurut Don, untuk mencegah penyalahgunaan tersebut, penjualan dan pendistribusian Starlink harus diawasi agar layanan internet ini tidak disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

Oleh karena itu, pemerintah bersama Kominfo harus memantau penjualan dan distribusi Starlink agar jaringan internet satelit ini tidak disalahgunakan untuk kegiatan separatis, kata Doni.

 

 

Saat ditanya mengenai keluhan masyarakat terhadap kecepatan internet Starlink dan terlalu antusias mencoba layanan internet di perkotaan, Doni dengan santai mengatakan bahwa menurutnya hal tersebut merupakan hal yang lumrah.

“Wajar jika mereka mencoba sesuatu yang baru, disebut juga FOMO (Farm Of Missing Out). Masyarakat perlu mengetahui bahwa semakin tinggi pengguna atau bandwidth, semakin tinggi latensi jaringan, itulah sebabnya semakin banyak orang yang mengeluhkannya.” Kecepatan internet Starlink tidak cukup harapan, lanjutnya.

Ia juga menyoroti perilaku masyarakat Indonesia yang terlalu bersemangat mencoba sesuatu yang baru namun protes ketika keinginannya tidak sesuai ekspektasi.

“Orang Indonesia aneh, mereka lebih memilih layanan internet Starlink, yang harga perlengkapan dan biaya berlangganan bulanannya jauh lebih mahal dibandingkan layanan internet saat ini, yang harga bulanannya jauh lebih murah dan menjamin koneksi lebih stabil,” kata Doni.

Mengingat semakin banyak orang yang ingin mencoba Starlink, Doni mengingatkan, jaringan internet paling stabil saat ini adalah koneksi kabel (fiber optic).

Namun saat ini koneksi internet yang paling stabil adalah jaringan kabel (fiber optic), tambahnya.

“Penggunaan Starlink akan lebih nyata bila dipasang di wilayah yang belum memiliki akses Internet, seperti pertambangan, pantai, lokasi wisata lepas pantai, dan terpencil,” pungkas Doni.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D