0 0
Read Time:2 Minute, 47 Second

dianrakyat.co.id, Batavia Argentina memasuki resesi teknis pada kuartal pertama tahun 2024, menurut data resmi.

Berita US News, Rabu (26/06/2024) Resesi teknis melanda Argentina di tengah menurunnya lapangan kerja ketika Presiden Javier Miley berupaya memulihkan ketertiban fiskal.

Produk domestik bruto (PDB) Argentina turun 2,6 persen pada kuartal pertama tahun ini dibandingkan kuartal terakhir tahun 2023.

Hal ini menandai kontraksi keempat berturut-turut, yang merupakan definisi umum dari resesi.

Kuartal ini menandai masa jabatan penuh pertama di bawah Presiden Javier Millet, yang mulai menjabat pada bulan Desember 2023. Setelah memenangkan pemilu, mereka berulang kali mengumandangkan rencana mereka untuk memotong pengeluaran, dan tidak ada yang bisa menyerang anggaran. Kenyamanan Meroket

INDEC, badan statistik resmi, merilis data ketenagakerjaan yang menunjukkan tingkat pengangguran Argentina naik menjadi 7,7% pada kuartal pertama tahun 2024, naik dari 5,7% pada akhir tahun lalu. Angka tersebut mewakili sekitar 300.000 orang yang kehilangan pekerjaan sejak kuartal sebelumnya.

Tidak hanya jumlah pekerja yang menurun, Argentina juga menghadapi inflasi tiga digit, yang diperkirakan akan membebani dan merugikan penjualan produk-produk seperti daging sapi.

Selain itu, pemotongan belanja pemerintah juga mengakibatkan penutupan proyek infrastruktur dan kerugian besar di sektor-sektor seperti industri konstruksi.

Miley, mantan ekonom dan pakar terkenal, berpendapat bahwa negara tersebut perlu memperbaiki keuangannya setelah bertahun-tahun mengalami defisit fiskal yang sering kali menyebabkan gagal bayar utang dan mencoreng reputasi negara tersebut di mata investor global.

 

Data dari INDEC menunjukkan perekonomian Argentina menyusut 5,1% pada kuartal pertama dibandingkan tahun sebelumnya, sedikit di atas perkiraan analis yang memperkirakan kontraksi 5,25%.

Konsumsi swasta di negara ini juga turun sebesar 6,7% tahun-ke-tahun pada kuartal keempat, sementara belanja publik turun sebesar 5%, data menunjukkan. Impor juga turun 20,1%, namun ekspor naik 26,1%.

Menteri Koordinator (Menko) Perekonomian Erlanga Hartarto mengatakan Indonesia masih jauh dari resesi perbankan di tengah tekanan ekonomi dan geopolitik global. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan I tahun 2024 sebesar 5,11 persen.

“Pertumbuhan ekonomi kita termasuk yang pertumbuhan tertinggi selama ini, dan kalau kita lihat penilaian organisasi dengan organisasi pajak positif berbeda-beda,” kata Erlanga Hartarto dalam Majelis Nasional Percepatan dan Pra Evaluasi PSN, Selasa, 14/05. /2024. ).

Erlanga menambahkan, berbagai indikator makroekonomi di Indonesia menunjukkan kondisi yang kuat dan stabil dibandingkan negara lain. Inflasi Indonesia pada April 2024 akan sebesar 3 persen, yang terendah se-Indonesia. Indonesia hanya kalah dari Korea Selatan dan Jerman yang inflasinya masing-masing sebesar 2,9 persen dan 2,2 persen.

Sementara itu, Airlangga mengatakan PMI Indonesia masih berada di angka 52,9 persen dan Indonesia termasuk negara yang tetap stabil di tengah tekanan global. Hal ini menyebabkan probabilitas Indonesia mengalami resesi hanya 1,5 persen, lebih rendah dibandingkan hampir semua negara.

Erlangga mengatakan dari berbagai pemeriksaan, pensiun Indonesia mungkin termasuk yang terendah di dunia dibandingkan negara lain seperti Jerman 60 persen, Italia 55 persen, Inggris 40 persen, Australia 32,5 persen, Amerika Serikat 30 persen, Thailand 30 persen, Rusia. 17,5 persen, Korea Selatan 15 persen, Tiongkok 12,5 persen, Indonesia 1,5 persen.

“Peluang Indonesia mengalami resesi hanya 1,5 persen dibandingkan hampir semua negara,” ujarnya.

Di sisi lain, perekonomian Indonesia tumbuh lebih tinggi di wilayah timur, yakni di provinsi Maluku dan Papua 12,15 persen, Sulawesi 6,35 persen, dan Kalimantan 6,17 persen.

“Pertumbuhan ekonomi ketiga negara ini terutama didorong oleh aktivitas pertambangan, industri logam, dan pengembangan IKN,” tutupnya.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D