0 0
Read Time:1 Minute, 56 Second

AMAZONKA – Mendengar nama gurun Sahara dan hutan Amazon pasti ada di antara Anda yang mengetahuinya. Meski berjauhan, keduanya seolah punya ikatan tersendiri yang menarik untuk diketahui.

Gurun Sahara dikenal sebagai gurun panas terluas di dunia. Terletak di Afrika Utara, dan diperkirakan mencakup hampir sepertiga benua Afrika.

Sedangkan hutan Amazon merupakan hutan hujan terluas di dunia. Dengan luas wilayah 5.500.000 kilometer persegi, mencakup beberapa negara, seperti Brazil, Peru, Kolombia, Bolivia, Ekuador, Venezuela, bahkan Guyana.

Hubungan antara gurun Sahara dan hutan Amazon

Banyak orang tidak menyangka bahwa kehidupan hutan hujan terluas di dunia, hutan Amazon, bergantung pada gurun Sahara. Hal ini ditemukan oleh NASA melalui satelit Calipso miliknya.

Seperti yang saya kutip dari laman sains NASA, angin Sahara yang kuat mengirimkan awan debu besar melintasi Samudera Atlantik menuju Lembah Amazon setiap tahunnya. Menariknya, debu dari Sahara ternyata bisa menjadi “sumber nutrisi” bagi hutan Amazon.

Dari 182 juta ton debu yang meninggalkan Sahara setiap tahunnya, sekitar 27,7 juta ton, atau 15 persen, tersebar di Lembah Amazon. Sebagian besar debu mengandung fosfor, yang merupakan elemen penting bagi kesuburan tanaman dan berfungsi sebagai pupuk bagi hutan hujan.

Adapun asal muasalnya, debu tersebut sebagian berasal dari dasar danau kuno di Chad yang kaya akan fosfor. Ketika mereka mencapai hutan hujan Amazon, sisa-sisa organisme yang mereka bawa memberikan nutrisi penting bagi flora di sana.

Data yang dikumpulkan oleh satelit Cloud-Aerosol Lidar dan Independent Pathfinder Satellite Observation, atau CALIPSO, menunjukkan bahwa jutaan ton debu dari Sahara bergabung dengan awan hujan di atas langit Amazon. Ketika dikembalikan ke tanah, debunya berubah menjadi pupuk sehingga membuat hutan Amazon semakin subur.

Selama pengamatan, satelit Calipso menggunakan laser range finder, atau lidar, untuk memindai atmosfer bumi guna menentukan distribusi vertikal debu dan aerosol lainnya. Perangkat ini secara teratur melacak kolom debu yang bergerak dari Sahara menuju Amazon.

Hasil lain yang ditemukan Calipso adalah variabilitas hubungan ini, yang bervariasi sebesar 86 persen antara tahun 2007 dan 2011. Dalam hal ini, para peneliti menemukan kemungkinan adanya hubungan antara curah hujan di Sahel dan jumlah debu yang diangkut melintasi Samudera Atlantik.

Jika curah hujan lebih tinggi di wilayah Sahel, jumlah debunya lebih sedikit. Alasannya didasarkan pada kemungkinan bahwa peningkatan curah hujan akan menyebabkan lebih banyak tanaman tumbuh di Sahel, sehingga mengurangi paparan pasir terhadap angin kencang.

Inilah ikhtisar hubungan yang jarang diketahui antara gurun Sahara dan hutan Amazon.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D