0 0
Read Time:5 Minute, 57 Second

JAKARTA, dianrakyat.co.id – Program Pangan Bergizi Gratis yang akan dimulai di Indonesia mulai 2 Februari 2025 dengan alokasi anggaran sebesar Rp 71 triliun merupakan inisiatif penting dalam upaya kesejahteraan anak dan ibu hamil di tanah air. 

Program ini diluncurkan oleh Presiden terpilih, Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka, dengan fokus utama pada kelompok rentan seperti anak sekolah dan ibu hamil.

Direktur Eksekutif Indonesia Food Security Review (IFSR), I Made Dewa Agung Kertha Nugraha, memberikan pandangan menarik mengenai anggaran Rp 71 triliun yang dialokasikan untuk program pangan bergizi gratis. 

Menurutnya, anggaran bukan sekadar belanja, melainkan investasi jangka panjang yang akan memberikan dampak positif berkelanjutan bagi masyarakat Indonesia.

“Kami di IFSR tidak pernah memandang anggaran ini sebagai pengeluaran. Kami lebih suka menyebutnya sebagai investasi. Yang penting kita ubah dulu paradigmanya, bahwa ini adalah investasi, bukan pengeluaran,” Made in ‘Diskusi Publik: Gratis Program Pangan Bergizi ‘Akankah Terwujud?’ Di Jakarta, Rabu 21 Agustus 2024.

“Dibandingkan jumlah sebenarnya, sebenarnya masih terbilang kecil. Kalau dilihat dari kebutuhan 82 juta masyarakat penerima program ini, idealnya anggaran yang dibutuhkan bisa mencapai Rp 400 triliun,” imbuhnya.

Lebih lanjut Med menjelaskan, meskipun jumlah anggaran ideal untuk memenuhi kebutuhan 82 juta penerima program ini, termasuk ibu hamil dan anak sekolah, adalah Rp 400 triliun, namun keterbatasan dan prioritas anggaran negara harus diperhitungkan. 

Oleh karena itu, anggaran sebesar Rp71 triliun yang dialokasikan pada tahun depan dinilai cukup besar untuk mendukung program tersebut.

“Namun, kita harus memahami bahwa anggaran negara terbatas dan prioritas yang berbeda harus dipertimbangkan,” ujarnya. 

Jadi, meski sebenarnya kita membutuhkan Rp400 triliun untuk menyediakan makanan bergizi kepada 82 juta penerima manfaat program ini, mulai dari ibu hamil hingga anak sekolah, namun anggaran yang dialokasikan dan dibutuhkan tahun depan adalah Rp71 triliun, imbuhnya.

Untuk memberikan gambaran lebih jelas mengenai potensi dampak program ini, Mead merujuk pada pengalaman Program Pangan Dunia (WFP) yang menjalankan program serupa di Indonesia. 

Ia mengungkapkan, berdasarkan pengalaman tersebut, investasi sebesar US$1 yang dikeluarkan untuk program pangan bergizi dapat menghasilkan dampak ekonomi senilai US$9.

“Dampak dari investasi ini sangat luas. Setiap US$1 yang diinvestasikan dapat menghasilkan US$9 dalam berbagai aspek seperti peningkatan perekonomian masyarakat lokal, peningkatan kesehatan masyarakat, peningkatan produktivitas anak, dan promosi kesetaraan gender,” kata Mead. .

“Hal ini sejalan dengan seluruh Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs),” tambah Mead.

Dalam konteks ini, Med ingin menekankan bahwa Program Pangan Bergizi Gratis tidak hanya sekedar memberikan pangan kepada masyarakat, namun memberikan dampak yang lebih luas dan berkelanjutan pada berbagai aspek kehidupan. 

Oleh karena itu, investasi yang dilakukan melalui program ini diharapkan dapat memberikan manfaat jangka panjang bagi kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan masyarakat Indonesia secara keseluruhan.

Sementara itu, Guru Besar Gizi IPB, Profesor Ali Khomsan, menjelaskan keberlanjutan merupakan salah satu faktor kunci yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan program ini. 

Keberlanjutan program ini akan menjadi penentu penting dalam mengukur dampak terhadap pertumbuhan tinggi badan anak di tahun-tahun setelah mereka masuk sekolah.

“Merupakan indikator yang sangat penting untuk memantau tinggi badan anak saat masuk sekolah setelah program dimulai beberapa tahun ke depan. Tanpa pengukuran ini, kita tidak akan bisa mengevaluasi keberhasilan program,” jelasnya.

Profesor Ali Khomsan juga menekankan pentingnya keberlanjutan sebagai landasan utama untuk mempertahankan efektivitas program dalam jangka panjang. 

Menurutnya, menjalankan program yang hanya lima tahun tanpa rencana jangka panjang tidak akan memberikan dampak signifikan terhadap peningkatan gizi anak di Indonesia.

“Karena program ini merupakan investasi jangka panjang di bidang kesehatan anak, maka keberhasilannya tidak bisa diukur secara instan. Perlu upaya terus-menerus dan komitmen yang kuat agar program ini tidak berhenti setelah lima tahun,” tambahnya.

Selain itu, Profesor Ali Khomsan menekankan bahwa dampak langsung dari program ini akan terlihat perubahan signifikan pada tinggi badan anak dalam lima hingga sepuluh tahun. 

Oleh karena itu, perlu adanya jaminan keberlangsungan program di masa depan agar manfaatnya tidak berhenti pada lima tahun pertama.

Oleh karena itu, pelaksanaan Program Pangan Bergizi Gratis bukan sekedar upaya jangka pendek melainkan komitmen jangka panjang untuk meningkatkan kualitas hidup generasi muda Indonesia melalui gizi yang cukup dan berkelanjutan.

Di sisi lain, Yudha Parmana, anggota Komisi e DPRD Provinsi DKI Jakarta dan politikus Partai Gerindra, mengungkapkan keprihatinannya atas situasi masih banyaknya anak-anak di Sukabumi yang belum memiliki akses terhadap makanan bergizi. 

Selain itu, Yudha juga mengatakan banyak dari mereka yang harus bersekolah dalam keadaan lapar, yang pada akhirnya menghambat kemampuan mereka untuk mendapatkan pendidikan yang baik.

“Masih banyak kejadian yang memprihatinkan, anak-anak sekolah di Sukabumi tidak hanya kekurangan gizi, banyak yang berangkat sekolah dengan perut kosong,” jelas Yudha. 

Akibatnya, mereka tidak dapat mencerna pelajaran dengan baik selama berada di sekolah. Mereka sulit berkonsentrasi belajar. “Data menunjukkan 41% anak sekolah mengalami kelaparan, sedangkan 59% mengonsumsi makanan tidak sehat,” imbuhnya.

Yudha berpendapat, program pemberian makanan bergizi gratis sangat penting dan mendesak agar anak-anak mendapatkan pendidikan yang berkualitas. Menurutnya, faktor kunci kemampuan anak belajar dengan baik adalah pola makan yang bergizi.

“Anak-anak yang tidak mendapatkan gizi yang cukup akan mengalami kesulitan dalam proses belajar. Maka memastikan mereka mendapatkan makanan yang bergizi merupakan langkah mendasar yang perlu dilakukan demi pendidikan yang baik,” imbuhnya.

Terkait kesiapan pelaksanaan program makanan bergizi gratis di Kota Sukabumi pada tahun depan, Yudha memastikan DKI Jakarta sangat siap melaksanakan program tersebut. 

Dijelaskannya, dengan jumlah siswa mencapai 1.545.745 siswa dan anggaran Kota Sukabumi mencapai Rp 85,1 triliun, Kota Sukabumi memiliki kapasitas yang cukup untuk mendukung program tersebut.

“Kalau dilihat, sekarang untuk bagian pangan di Kota Sukabumi, Program Makanan Tambahan Anak Sekolah (PMTAS) menyediakan kurang lebih Rp 10.800 untuk makan siang bergizi,” kata Yudha. 

Namun idealnya angka tersebut mencapai Rp 15 ribu per porsi. Kalau anggarannya kurang dari itu, mohon maaf, tujuan kita menyediakan makanan bergizi mungkin tidak maksimal, jelasnya.

Yudha juga memberikan informasi detail mengenai anggaran yang dibutuhkan untuk program ini. “Kalau dikalikan Rp 15 ribu per unit untuk 1,5 juta siswa, maka dengan 211 hari sekolah dalam setahun, total anggaran yang dibutuhkan sekitar Rp 4,8 triliun. 

Jumlah ini bisa diselesaikan hingga Rp 5 triliun. Anggaran yang dibutuhkan akan menghabiskan sekitar 25-30% anggaran DKI Jakarta yang saat ini mencapai Rp 85 triliun, tambahnya.

Dalam upaya mencari solusi pembiayaan program tersebut, Yudha menyarankan agar anggaran tersebut dapat dipenuhi melalui kerja sama antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. 

Ia meyakini pembagian tanggung jawab anggaran antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah bisa menjadi pilihan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan sebesar Rp.

“Tambah anggarannya Rp 5 triliun apakah bisa? Insya Allah bisa. Tergantung niat baik Pemkot Jakarta. Tapi kalau melihat anggaran yang ada, lebih baik kalau subsidinya bisa. 50% dari pemerintah pusat dan dari APBD “Masing-masing menyumbang Rp 2,5 triliun,” ujarnya, dengan bagi hasil masing-masing 50%.

Yudha juga menyarankan agar DKI Jakarta dapat mengalokasikan dana dari program-program yang tidak darurat dan tidak mendesak melalui pemotongan anggaran, serta menerapkan efisiensi anggaran. 

Oleh karena itu, dia yakin DKI Jakarta siap melaksanakan program makanan bergizi gratis bagi anak sekolah dengan lebih baik.

“Dengan menabung dan menyesuaikan anggaran, Insya Allah DKI Jakarta siap melaksanakan program makan gratis bergizi ini untuk menunjang kesehatan dan pendidikan anak-anak kita,” kata Yudha Parmana. Ibas Yudhoyono: Perempuan Indonesia Mampu Menggerakan Perekonomian Bangsa Wakil Ketua DPR RI, Edi Baskoro Yudhoyono (Ibas) mengatakan, bukan sekedar gagasan bahwa perempuan Indonesia bisa menjadi penggerak perekonomian negara. Ini dianrakyat.co.id.co.id 31 Oktober 2024

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D