Jakarta – Ad Scientific Index mempublikasikan daftar ilmuwan terbaik dunia di situsnya yang diperbarui setiap tahunnya. Tahun ini, lebih dari 1,6 juta ilmuwan dari 23.242 institusi di 220 negara dievaluasi oleh Indeks Ilmiah AD.
Farmakolog klinis dan molekuler Dexa Group, pionir pengobatan modern pertama di Indonesia (OMAI) Yunika Atma Jaya, Prof. Raymond Tjdravinata menduduki peringkat ketiga dalam pemeringkatan ilmuwan farmasi regional Indonesia.
Penilaiannya didasarkan pada sistem pemeringkatan, aktivitas ilmiah, dan nilai tambah produktivitas ilmiah masing-masing ilmuwan dengan menganalisis Indeks Ilmiah AD.
Prof. Raymond menduduki peringkat ke-3 bidang farmasi dan ke-18 bidang kedokteran dan kesehatan se-Indonesia. Adalah peneliti farmasi, kedokteran dan kesehatan Indonesia Prof. Karya ilmiah Raymond sering dijadikan referensi.
“Alhamdulillah, dan atas dukungan teman-teman, tahun ini saya terpilih sebagai ilmuwan terbaik ke-3 se-Indonesia di bidang farmasi dan ilmu kefarmasian, dan saya mendapat 3% teratas se-Indonesia di bidang kedokteran dan ilmu kesehatan, kutipan artikel .” Pada Selasa, 23 April 2024, kata Profesor Raymond yang merupakan direktur penelitian dan pengembangan bisnis Dexa Group.
Profesor Raymond adalah sarjana yang paling banyak mendapat dukungan dalam Indeks Ilmiah AD 2016, Industri 4.0: Revolusi Industri Abad Ini dan Dampaknya terhadap Kesehatan dan Bioteknologi. Hingga saat ini beliau aktif menulis artikel ilmiah. majalah, dan menerbitkan berbagai opini.
Prof. Raymond juga melakukan berbagai penelitian obat dan uji klinis baik di dalam negeri maupun internasional. Prof. hasil penelitian. Raymond tidak hanya dijual di Indonesia, tapi juga di luar negeri. Selain mengembangkan OMAI bekerja sama dengan Dexa Laboratories for Biomolecular Sciences (DLBS) sejak tahun 2005, Prof. Raymond Tjdravinata juga banyak melakukan penelitian tentang obat-obatan kimia. Penelitian ini telah diakui dan mendapat 64 paten di Indonesia dan luar negeri.
Guru besar sekaligus ilmuwan Fakultas Bioteknologi Universitas Katolik Atma Jaya Indonesia ini bahkan merambah dunia sains di tempat Paman Sam. Prof. Raymond Rset mencapai luar angkasa melalui Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA).
Pada tahun 1991, astronot wanita Dr. Prof Millie Hughes-Fulford diundang oleh NASA. Raymond akan berpartisipasi dalam proyek penelitian Spacelab Life Sciences (SLS 1). Proyek ini membawa pesawat ruang angkasa jauh ke luar angkasa untuk mempelajari osteoporosis pada astronot dalam kondisi gravitasi nol.
Prof. Raymond memulai karir penelitian obatnya dengan bahan sintetis organik sebagai mahasiswa di Universitas California, San Francisco, di mana ia memperoleh gelar Ph.D. Saat itu ilmu rekayasa pertama kali dikembangkan di Amerika dan belum sepenuhnya tereksplorasi di Indonesia, sehingga ia bisa disebut sebagai salah satu putra Indonesia yang pertama kali mempelajari rekayasa genetika pada tahun 1980an.
Akhirnya pada awal tahun 2000an, Prof. Raymond diundang kembali ke Indonesia untuk melanjutkan karir di PT Dexa Medica, sebuah perusahaan farmasi terkemuka. Saat itu, pendiri PT Dexa Medica Rudi Soetikno mempunyai visi untuk menciptakan obat-obatan dari sumber daya alam Indonesia. Kemudian pada tahun 2005, Prof. Ilmuwan Raymond dan DLBS mengembangkan OMAI menjadi seperti sekarang ini. OMAI merupakan produk farmasi kebanggaan Indonesia karena Tingkat Bahan Dalam Negeri (TKDN) melebihi 80% dan telah diekspor ke 10 negara di 3 benua. Menganalisis protein dalam sampel makanan menjadi lebih mudah N-Realyzer, instrumen laboratorium yang digunakan untuk menganalisis kandungan nitrogen atau protein dalam sampel, telah dirilis. dianrakyat.co.id.co.id 24 Oktober 2024