0 0
Read Time:2 Minute, 49 Second

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) DKI Jakarta, dianrakyat.co.id, memperkirakan peran batu bara dalam penyediaan energi listrik masih besar hingga tahun 2060. Namun, energi baru terbarukan (EBT) bertahap juga ikut disertakan.

Irwandi Arif, Staf Khusus Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, mengatakan ada dua kemungkinan skenario penggunaan batu bara. Yang pertama adalah skenario bisnis seperti biasa. Tidak ada campuran EBT yang berarti dalam konteks ini.

“Jika ini skenario business-as-usual, maka produksi negara kita akan tetap sebesar 720 juta ton pada tahun 2060,” kata Irwandi dalam Konferensi Kemakmuran yang digelar di Jakarta, Kamis (14 Maret 2024). .

Dia menjelaskan, penggunaan batu bara pada pembangkit listrik bergantung pada bauran EBT. Target yang ditetapkan Dewan Energi Nasional (DEN) pun turun dari 23% menjadi 17% pada tahun 2030. Di sisi lain, realisasi bauran EBT masih sebesar 13%.

“Yah, bisnisnya seperti biasa. Ceritanya panjang,” ujarnya.

Irwandi mengatakan ada skenario kedua. Hal ini dilakukan dengan meningkatkan penggunaan EBT dan mengalihkan ketergantungan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) ke pembangkit EBT. Dengan kata lain, terjadi penurunan produksi batu bara yang signifikan dibandingkan skenario sebelumnya.

Namun batubara akan terus digunakan hingga tahun 2060. Artinya, belum seluruh pembangkit listrik tenaga batu bara ditutup dan diganti dengan pembangkit listrik EBT.

“Ternyata produksi batu bara kita lagi 227 juta (ton) di tahun 2060. Nah, di buku saya tentang batu bara Indonesia, saya tanya batu bara ini ada berapa?

Sebelumnya, PT PLN (Persero) melalui PT PLN Energy Primer Indonesia (PLN EPI) berkomitmen untuk terus menggalakkan program co-firing biomassa di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Ini adalah salah satu inisiatif yang bertujuan untuk mencapai tujuan emisi nol bersih (NZE) pada tahun 2060.

Direktur Utama PLN EPI Ivan Agung Firstantara mengatakan pengembangan energi biomassa merupakan salah satu upaya perusahaan dalam menyediakan pasokan energi alternatif selain batu bara.

Pengembangan energi biomassa sejalan dengan komitmen PLN dalam menurunkan emisi karbon melalui program co-firing PLTU, kata Ivan di Jakarta, Rabu (3 Juni 2024).

Ivan menjelaskan, program joint fire PLTU telah dilaksanakan PLN Grup sejak tahun 2018. Tercatat, penerapan PLTU co-firing akan diterapkan di 36 unit PLTU pada tahun 2022, dengan produksi energi bersih mencapai 575,4 GWh dan penurunan emisi CO2 mencapai 570.000 ton.

Ivan mengatakan perusahaan terus berkomitmen terhadap pengembangan biomassa. Salah satunya adalah peluncuran program Energy Power Village yang dimulai pada Februari 2023 di Keraton Yogyakarta.

Saat itu, PLN EPI menanam 50.000 bibit tanaman energi dan akan menanam 50.000 bibit lagi pada 22 Februari 2024, sehingga total hingga saat ini sudah ada 100.000 bibit tanaman energi.

Program ini melibatkan penanaman pohon biomassa dalam jumlah besar di Desa Gombang, Kecamatan Pongjong, Kabupaten Gunung Kidul, Provinsi Yogyakarta.

“Jenis pohon yang ditanam antara lain Gamal, Kaliandra Merah, Indigofera, dan Gmelina dengan jumlah bibit Gamal 6.200 bibit, Indigofera 22.400 bibit, Gmelina 7.200 bibit, dan Kaliandra Merah 1 bibit, totalnya ada 50.000 bibit, termasuk 4.200 bibit,” kata Ivan.

Pak Ivan melanjutkan, PLN EPI dalam Program Desa Berdaya Energi juga mencakup partisipasi masyarakat. 50.000 bibit disebar di dua kabupaten dan 25.000 bibit disebar di tiap kabupaten.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 15.000 pohon muda ditanam di Köy Nakitland dan Sultanland, seluas 300.000 meter persegi atau 30 hektar, dengan kepadatan tanam antar pohon 1 meter. Sebanyak 10.000 bibit pohon ditanam di ladang dan kebun warga sekitar, dan setiap warga atau keluarga diberikan 9 hingga 12 bibit pohon.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D