0 0
Read Time:3 Minute, 24 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Barat terus mengimbau masyarakat, khususnya pelanggan Pertalite, untuk mendaftarkan kendaraannya dan mendapatkan kode QR.

Upaya tersebut diterapkan Pertamina Patra Niaga dalam rangkaian realisasi hibah terkait di wilayah operasional regional Jawa Barat yang meliputi Provinsi Banten, DKI Jakarta, dan Jawa Barat.

Plt Regional Manager Komunikasi, Hubungan, dan CSR Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Barat Joewan Yuda Achmad mengatakan, pihaknya terus melakukan kehumasan di wilayah Region Jawa Barat agar penerapan subsidi Pertalite terkait dapat terlaksana secara maksimal.

“Program pencocokan subsidi Pertalite telah dilaksanakan di seluruh wilayah, termasuk wilayah Jawa Barat. Tujuan dari pendataan subsidi Pertalite adalah untuk mendata dan mendata pelanggan serta volume transaksi Pertalite sehingga pendistribusian BBM dapat terarah sesuai ketentuan yang berlaku dan beroperasi. secara optimal,” kata Joevan.

Pertamina Patra Niaga juga terus meningkatkan koordinasi dengan pemangku kepentingan dan memastikan hubungan masyarakat untuk mendukung pelaksanaan program subsidi BBM yang tepat.

“Kami juga mengharapkan dukungan seluruh masyarakat khususnya yang belum melakukan registrasi Pertalite untuk masing-masing subsidi tersebut, sehingga ketika melakukan transaksi di SPBU dapat menggunakan kode QR dan mencatat transaksi serta melacaknya. sesuai”. Sesuai peruntukannya,” tutupnya.

Sekretaris Perusahaan Pertamina Patra Niaga Irto Ginting mengatakan, langkah tersebut diambil perseroan untuk mempertanggungjawabkan transaksi BBM tugas dengan lebih baik dan transparan mengingat anggaran kompensasi yang dialokasikan pemerintah untuk produk pertalite.

“Masyarakat tidak perlu khawatir, prosesnya mudah, cukup daftarkan kendaraan Anda di website subsiditepat.mypertamina.id untuk mendapatkan kode QR,” jelas Irto.

Irto melanjutkan, saat ini Pertalite QR Code telah diuji coba di 41 kota/wilayah dan akan segera diperluas ke seluruh Indonesia. Hingga awal Juni 2024, lebih dari 3,44 juta pengguna Pertalite memiliki kode QR.

“Pendaftaran pengguna energi surya (bisolar) bersubsidi akan serupa dengan skema tersebut. Mulai masa uji coba hingga paling lambat, kode QR akan diterapkan secara bertahap di seluruh wilayah. Dan kami tekankan bahwa ini adalah pengumpulan data, bukan pembatasan. Jika ada kesulitan atau kendala bisa menghubungi call center Pertamina 135,” jelas Irto.

Masyarakat yang sudah mendaftar juga sudah mulai terbiasa melakukan transaksi menggunakan kode QR. Hingga awal Juni 2024, tercatat sekitar 600.000 transaksi pembelian Pertalite menggunakan kode QR sejak diluncurkannya program ini pada pertengahan tahun 2023.

Artinya, setelah mendaftar dan memahami prosesnya, konsumen tidak akan mengeluh dan berbelanja menjadi mudah. Kami akan terus mengirimkan komunikasi untuk memperpanjang masa uji coba agar masyarakat tidak ragu untuk mendaftar. Dan gunakan kode QR”, pungkas Irto.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengusulkan volume bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi sebesar 18,84 juta – 19,99 juta kilo liter (KL). Subsidi BBM yang diusulkan terdiri dari minyak tanah senilai 0,51 – 0,55 juta kl dan solar senilai 18,33 – 19,44 juta kl.

“Kami mengusulkan volume BBM bersubsidi dalam rancangan APBN tahun 2025 sebesar 18,84 – 19,99 juta KL,” kata Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam rapat kerja (Raker) dengan Komisi VII DPR RI di Jakarta. Rabu (05/06/2024).

Arifin menjelaskan, pemerintah terus memberikan subsidi tetap solar dan subsidi selisih harga minyak tanah, mengontrol volume dan mengontrol kelompok atau sektor yang berhak mendapatkan manfaat.

Dalam menentukan besaran subsidi solar yang tetap, pemerintah mempertimbangkan indikator makroekonomi, khususnya CPI dan nilai tukar rupee.

“Dalam RAPBN 2025 kami usulkan subsidi tetap Rp 1.000 per liter solar – Rp 3.000 per liter dan subsidi selisih harga minyak tanah,” kata Arifin.

Hal ini harus dilakukan mengingat harga keekonomian solar mencapai Rp 12.100/liter, sedangkan harga ecerannya Rp 6.800/liter.

Minyak solar masih banyak dimanfaatkan untuk transportasi darat, laut, kereta api, perikanan, pertanian, usaha mikro dan pelayanan umum, sehingga diperlukan upaya untuk menjaga harga jual eceran minyak solar.

 

Sementara itu, Anggota Komisi VII DPR RI Nasril Bahar mengatakan masih banyak penyalahgunaan solar bersubsidi untuk kegiatan pertambangan. Hal ini disebabkan masih tingginya disparitas harga solar antara harga subsidi dan non-subsidi di pasaran.

“Mereka membeli solar bersubsidi dengan harga murah kemudian menjualnya ke industri pertambangan dengan harga lebih tinggi,” jelasnya.

Di akhir sambutannya, Arifin mengajak masyarakat untuk bersama-sama memantau penyaluran BBM bersubsidi dan melaporkan pelanggaran yang terjadi. “Pemerintah akan terus berupaya meningkatkan efisiensi penyaluran BBM bersubsidi agar tepat sasaran dan bermanfaat bagi masyarakat yang membutuhkan,” tutupnya. 

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D