0 0
Read Time:1 Minute, 49 Second

JAKARTA – Akibat turbulensi parah, penerbangan Singapore Airlines SQ321 dari London menuju Singapura terpaksa dialihkan ke Bangkok. Bahkan, satu orang meninggal dunia dan puluhan lainnya luka-luka.

Ini adalah kasus yang sangat jarang terjadi karena turbulensi. Menurut IATA, korban jiwa terakhir akibat turbulensi terjadi pada tahun 1997. Khususnya, penerbangan United Airlines dari Tokyo ke Honolulu.

Pada penerbangan komersial dan jarak jauh, turbulensi juga tidak menjadi perhatian. Sebab, menurut informasi, kecelakaan kerap terjadi akibat turbulensi pada penerbangan lokal.

Umumnya, turbulensi tercipta ketika udara dengan suhu, tekanan, atau kecepatan berbeda bertemu, sehingga pola angin berbeda bertabrakan, seperti kapal yang tiba-tiba menabrak perairan berombak.

Meskipun kondisi cuaca dan geografis tertentu, seperti guntur, pegunungan, dan munculnya awan tertentu, mungkin mengindikasikan turbulensi, ada juga “turbulensi udara jernih” yang dapat terjadi tanpa kejutan dan peringatan bagi pilot pesawat.

Stuart Fox, direktur operasi penerbangan dan teknis di maskapai penerbangan global IATA, mengatakan terkadang turbulensi datang secara tidak terduga. Berikut macam-macam turbulensi pesawat dan penyebabnya:

1. Clear Air Turbulence (CAT) Terjadi pada langit cerah dimana tidak terlihat kabut. Disebabkan oleh perubahan kecepatan dan arah angin pada ketinggian. Sulit diprediksi dan dideteksi dengan radar cuaca.

2. Turbulensi mekanis yang disebabkan oleh hambatan fisik, misalnya gunung atau gedung tinggi. Udara yang bersirkulasi di sekitar hambatan tersebut menimbulkan pusaran dan gelombang yang menimbulkan turbulensi.

3. Turbulensi termal yang disebabkan oleh perbedaan suhu udara yang signifikan. Udara hangat naik dan udara dingin turun sehingga menimbulkan arus udara yang tidak stabil.

4. Wake of Turbulence Terjadi di belakang pesawat lain. Pesawat terbang menciptakan pusaran di ujung sayapnya, yang dapat menyebabkan turbulensi pada pesawat di belakangnya.

5. Badai dan awan Badai petir dan awan kumulonimbus menimbulkan turbulensi yang sangat kuat. Ini adalah jenis turbulensi yang paling berbahaya dan pilot biasanya berusaha menghindarinya.

Faktor lain yang menyebabkan terjadinya turbulensi : – Kecepatan angin : semakin tinggi kecepatan angin maka resiko terjadinya turbulensi semakin besar.

– Ketinggian: Turbulensi di udara jernih lebih sering terjadi di ketinggian.

– Musim: Turbulensi lebih sering terjadi pada musim panas karena perbedaan suhu udara yang lebih besar.

Penting untuk diingat bahwa turbulensi adalah hal yang normal di pesawat dan biasanya tidak berbahaya. Namun, turbulensi yang parah dapat menyebabkan ketidaknyamanan dan bahkan cedera jika penumpang tidak mengenakan sabuk pengaman.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D