0 0
Read Time:1 Minute, 55 Second

dianrakyat.co.id, JAKARTA – Asosiasi Bank Syariah Indonesia (Asbisindo) mendukung langkah strategis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) yang mengakhiri insentif berupa restrukturisasi kredit bagi perbankan untuk menghadapi dampak negatif Covid-19. pandemi.  Ada alasan bagus atas dukungan Asbisindo ini.

Harry Gunardi, CEO Asbisindo, mengatakan situasi perbankan Tanah Air, khususnya perbankan syariah, kini berada pada tingkat ketahanan yang tinggi pascapandemi. Meski keadaan perekonomian Indonesia masih dibayangi ketidakpastian perekonomian global.

Hal ini tidak lepas dari strategi dan respons pemerintah yang tepat terhadap krisis akibat pandemi dan ketidakpastian perekonomian global. “Strategi dan respon cepat ini akan membantu meringankan nasabah bank yang terdampak pandemi,” kata Heri di Jakarta, Senin (1/4/2024).

Di sisi lain, tingkat permodalan perbankan nasional khususnya bank syariah cukup kuat. Likuiditas juga sangat memadai. Faktor-faktor tersebut juga diperkuat dengan manajemen perbankan syariah yang mampu menerapkan manajemen risiko dengan baik.

Selain itu, menurut Hery, Asbisindo mendukung OJK untuk menghentikan restrukturisasi karena pemulihan ekonomi saat ini terus menunjukkan perbaikan. Laju inflasi tetap terkendali dan semakin terkendali. Di sisi lain, investasi dalam negeri semakin meningkat.

Faktor-faktor tersebut menunjukkan kondisi perekonomian pascapandemi semakin pulih. Hal ini seiring dengan situasi pandemi Covid-19 di Indonesia yang diakhiri oleh Presiden Joko Widodo melalui Keputusan Presiden Nomor 17 Tahun 2023 yang diterbitkan pada Juni lalu.

“Kebijakan pemerintah ini membuat roda perekonomian masyarakat berputar lebih cepat,” kata Heri.

Di sisi lain, memasuki tahun berjalan, indikator sektor perbankan Indonesia berada dalam kondisi yang baik. OJK menyatakan pada Januari 2024 rasio kecukupan modal (CAR) berada di level 27,54 persen. Kondisi likuiditas sebesar 231,14 persen sesuai Liquidity Coverage Ratio (LCR). Sedangkan deposito non-tetap (NCD) memiliki imbal hasil sebesar 123,42 persen. 

“Rasio-rasio tersebut mencerminkan perbankan dalam negeri, khususnya perbankan syariah, yang diperkuat dengan de-risking yang berkelanjutan,” kata Heri yang juga Direktur Utama PT Bank Syariah Indonesia Tbk.

Berdasarkan laporan statistik perbankan syariah yang diterbitkan OJK, jumlah aset perbankan syariah terus bertambah. Pada akhir tahun 2023, aset Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) mencapai Rp 868,98 triliun, tumbuh 11,1 persen year-on-year (y/y). Peningkatan aset didorong oleh peningkatan pembiayaan dan dana pihak ketiga (TDP). 

“Data-data ini menunjukkan sektor perbankan syariah cukup tangguh dan terus tumbuh. Oleh karena itu, kami optimistis pasar sudah siap dengan selesainya restrukturisasi yang mulai berlaku Minggu lalu,” kata Herry.

 

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D