0 0
Read Time:1 Minute, 51 Second

dianrakyat.co.id, JAKARTA – Hal terpenting yang harus dilakukan saat menemukan penderita serangan epilepsi dan membantunya adalah jangan panik. Profesor Dr. Mahar Marjono, dokter spesialis saraf di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional (RSPON), Chairunnisa, mengatakan jika panik, pihak yang membantu korban tidak bisa berpikir.

Yang kedua adalah memastikan korban ditempatkan di tempat yang aman ketika epilepsi terjadi. “Yang terpenting jangan sekali-kali memasukkan apapun ke dalam mulut pasien,” kata Chairunnisa dalam pidato Hari Epilepsi Sedunia di Jakarta yang disiarkan RSPON, Kamis (21/03/2024).

Ia mengatakan banyak orang yang memasukkan benda-benda seperti handuk, pakaian, dan sendok ke dalam mulut korban agar tidak tertelan atau tergigit. Namun, jika Anda melakukannya, ada risiko mati lemas.

Menurutnya, otak penderita epilepsi membutuhkan oksigen, karena dengan demikian terjadi gangguan pada otak. Oleh karena itu, kata dia, harus ada cara bernapas yang lebih baik.

“Jangan membangun apa pun. Biarkan sampai kejang atau kejang pasien selesai, ujarnya. 

Ia kemudian mengatakan bahwa perhatian harus diberikan pada kondisi penyebab epilepsi tersebut. Jika terdapat makanan atau minuman yang dapat menimbulkan bahaya tersedak, biarkan pasien tengkurap hingga kejang selesai, lalu panggil bantuan dan bawa ke rumah sakit terdekat.

Ia mengatakan, jika Anda menemukan seseorang yang mengalami kejang dan membantunya, hal itu harus didokumentasikan sehingga, misalnya dokter yang memeriksa seseorang menggunakan rekaman video dapat mendeteksi tanda-tanda epilepsi pada saat kejadian, mengingat banyak gejalanya. epilepsi.

Saat itulah ia menjelaskan sejumlah gejala epilepsi. Selama ini masyarakat sering mengira penderita epilepsi mengalami kesurupan dan hanya mengetahui bahwa mulut berbusa merupakan salah satu gejalanya.

Ia mengatakan bermimpi dan sakit kepala, apalagi jika dialami bertahun-tahun, bisa menjadi gejala epilepsi. Selain itu, ada gerakan yang tidak henti-hentinya.

Bagi penderitanya, lanjutnya, ada sensasi tertentu yang disebut aura yang biasanya terjadi beberapa detik atau menit sebelum serangan epilepsi. Menurutnya, persepsi tersebut menyerang kemampuan pendengaran dan penglihatan penderitanya dan seringkali menimbulkan fenomena déjà vu atau jamais vu.

Déjà vu adalah perasaan bahwa seseorang pernah mengalami apa yang dialaminya saat ini. Apalagi jamais vue adalah ketidakmampuan seseorang mengenali hal-hal yang sudah dikenalnya.

“Atau sering disebut rasa tidak nyaman di daerah ulu hati. Makanya pasien merasa tidak nyaman. Dari mulut, dari jantung, naik seperti muntah-muntah. Itu juga salah satu aura yang bisa menjadi bagian dari epilepsi,” ujarnya.

 

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D