0 0
Read Time:1 Minute, 35 Second

JAKARTA – Pusat Kajian Komunikasi Lingkungan Universitas Padjadjaran (PSDCOMLING IN PAID) mengingatkan semua pihak khususnya mahasiswa untuk memperhatikan dan fokus pada konservasi satwa liar demi menjaga ekosistem ekologi yang berkelanjutan. Kurangnya informasi telah menyebabkan banyak penangkapan dan perdagangan satwa liar ilegal.

Peneliti Pusdikomling Unpad Harleena Agustin mengungkapkan pentingnya jurnalisme sebagai mekanisme pengungkapan isu konservasi satwa liar. Oleh karena itu, Pusdikomling Unpad menyelenggarakan Roadshow Wildlife Journalism Competition 2024 di berbagai kota di Indonesia.

Salah satunya di Ambon, Maluku yang dilaksanakan di Universitas Patimora pada Senin 24 Juni 2024. Acara yang dihadiri oleh beberapa pakar dan mahasiswa turut serta dengan antusias.

Garda Animalia, bekerja sama dengan Food and Agriculture Organization of the United Nations (FAO) dan dengan dukungan United States Agency for International Development (USAID), Pusdikomling Unpad Semua Pihak Isu Konservasi Satwa Liar di Indonesia. Reporter ingin mengundang Anda untuk menjemputnya. Kompetisi dengan topik “Hubungan negatif yang liar antara manusia dan hewan dari sudut pandang jurnalisme lingkungan”.

Kepala Staf Kodama

Selain perang (OMSP), TNI juga melakukan pembersihan satwa liar secara berkala dengan kegiatan polisi militer terhadap pembajakan, pembajakan dan penyelundupan di pelayaran PAM dan lalu lintas udara.

Penangkapan satwa liar itu diungkap Petugas Junior Kehutanan BKSDA Maluku Kakok Setu Porwantoro. Menurutnya, Kepulauan Malu merupakan salah satu tempat yang kerap menjadi transit perdagangan satwa liar. Kelompoknya mengelola 5.576 satwa liar di Maluku sejak 2019 hingga Mei 2024, termasuk burung beo.

Jenis burung nuri yang sering ditangkap untuk diperdagangkan secara ilegal antara lain adalah Kakatua Masak (Cacatua galerita), Burung Nuri Muscovy (Lorius garrulus), Parkit (Eclectus roratus), Burung Nuri Maluku (Eos borea) dan Perkici Pelangi (Trichoglossus hematodes). ) tersebar luas di Makassar, Manado, Jakarta, dan Batam, kata Seto dalam keterangan resmi, Selasa (3/7/2024).

Sementara itu, National Technical Adviser on Unified Health and Emergency Response, FAO Emergency Center for Transboundary Animal Diseases (FAO ECTAD) Indonesia Andri Jataksumah mengungkapkan, kerusakan yang terjadi pada konservasi satwa liar dapat menyebabkan penyakit yang ditularkan melalui hewan (zoonosis).

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D