0 0
Read Time:1 Minute, 38 Second

JAKARTA – Direktur Eksekutif Center for Economic and Legal Studies (Celiode) Bhima Yudhistira menyarankan pemerintah menunda rencana kenaikan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12% pada tahun 2025. Penerapan ketentuan tersebut kenaikan PPN yang diatur dalam Undang-Undang nomor 7 Tahun 2021 akan diputuskan oleh pemerintah berikutnya.

“Tolong tunda kenaikan tarif PPN dari 12 persen. Kalau bisa turunkan tarif PPN saat ini menjadi 8-9% untuk meningkatkan kapasitas dalam negeri,” jelas Bhima, Senin (8/5/2024).

Bhima meyakini, meski sudah masuk asumsi PPN 12% dalam pembuatan stand Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025, pemerintah masih bisa menunda kenaikan tarif PPN menjadi 12% dengan beberapa asumsi. Sebab, berdasarkan Pasal 7.3 UU HPP, tarif PPN bisa berbeda-beda minimal 5 persen dan maksimal 15 persen.

“Berdasarkan rencana pembangunan ekonomi dan/atau peningkatan kebutuhan pembiayaan pembangunan, tarif PPN dapat bervariasi paling sedikit 5 persen dan paling banyak 15 persen,” demikian bunyi ayat penjelasan Pasal 7 ayat 3 UU No. 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Tata Cara Fiskal (HPP).

Bhima mengatakan, jika pemerintah ingin melakukan perubahan tarif PPN, maka harus disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia (DPR RI) untuk dibahas dan disepakati dalam penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN).

Sekaligus menjelaskan berbagai dampak yang akan dihadapi Indonesia jika Amerika Serikat (AS) mengalami resesi ekonomi. Menurutnya, resesi ekonomi di AS Amerika Serikat akan semakin mempersulit prediksi perilaku bank sentral AS, Federal Reserve (Fed), terkait suku bunga. Hal ini mungkin berdampak pada melemahnya nilai tukar rupee karena investor beralih ke aset-aset yang aman (safe haven).

Kalau indikator resesi semakin kuat, perilaku bank sentral Amerika tidak diperhatikan, (maka investor bisa beralih ke) safe havens (aset aman) yang bisa beda, bisa emas, bisa US USA Dolar dalam jangka menengah,” kata Bhima dalam laporan dua mingguan CELIOS, Senin (5/8/2024) malam.

Implikasi kedua adalah menurunnya cadangan devisa akibat lemahnya permintaan ekspor ke Amerika. Dampak selanjutnya adalah suku bunga AS juga akan naik sehingga menghambat aliran mata uang asing, terutama di pasar sekuritas.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D