0 0
Read Time:1 Minute, 49 Second

dianrakyat.co.id Pernikahan anak tergolong tinggi di Kabupaten Mukomuko, Batavia Bengkulu. Yang lebih mengkhawatirkan adalah angka perceraian di wilayah ini terjadi pada pasangan pranikah.  

Informasi tersebut berdasarkan hasil survei yang dilakukan Kantor Pengadilan Agama Tinggi (PTA) Mukomuko. Penguasa Mukomuko mengantarkan Sapuan secara langsung. Seluruh perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Bengulu, M. Iqbal Apriansya, di rumah dinas Bupati Mukomuko, pada Senin, 26 Februari 2024.

Perceraian merupakan isu yang jarang terjadi pada pasangan yang memiliki anak dalam program pengembangan kependudukan di negara ini.

Untuk mengatasi hal tersebut, Pemkab Mukomuko segera menjalin kesepakatan dengan Pengadilan Tinggi Agama (PTA) dan Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Mukomuko untuk mengurangi perkawinan anak dan perceraian.

“Langkah ini merupakan upaya pemerintah untuk mengurangi alasan bodoh pernikahan anak,” kata Sapuan seperti dikutip dalam siaran pers, Kamis (29/2/2024).

Sapuan menambahkan, kondisi kelembagaan diperlukan untuk menanamkan perilaku sehat pada masyarakat dalam hal pembangunan manusia dan pengurangan stimulus. Karena perubahan perilaku merupakan kunci suksesnya program pembangunan masyarakat yang berkualitas.

Sapuan menyarankan agar bahasa informal digunakan untuk pendidikan dan tindakan pejabat. Ia meyakini bahasa informal lebih efektif dalam berbagai program sosial masyarakat.

Termasuk Program Nasional Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Banga Kengana) serta Percepatan Penurunan Stunting.

“Sosialisasinya dilakukan dengan bahasa informal sehingga mudah dipahami dan dipahami oleh berbagai lapisan masyarakat,” kata Sapuan.

Beliau juga memperingatkan kita untuk tidak meninggalkan bahasa formal, tetapi memperkuat bahasa tacit. Baik yang dilaksanakan oleh pemerintah PKK, maupun penyuluh lapangan Keluarga Berencana (PLKB/PKB).

Sapuan yakin dengan menggunakan bahasa informal seperti bahasa daerah atau vernakular, pesan pendidikan dapat tersampaikan dengan lebih baik.

Program yang menggunakan bahasa lokal tidak akan berfungsi, misalnya program keluarga gagal. Program KB juga bisa sukses karena generasi muda tidak ingin mempunyai banyak anak.

“Anak-anak generasi sekarang sudah tidak mau punya anak lagi. Mereka menyindir bagaimana keluarga itu sehat dan berkualitas untuk menyongsong pembangunan masa depan,” jelas Sapuan.

Untuk mencegah pernikahan dini dan tidak direncanakan, masyarakat perlu diberikan edukasi mengenai dampak buruknya, lanjut Sapuan.

“Beri tahu masyarakat tentang dampak negatif kehamilan yang tidak direncanakan dan jarak kelahiran.”

“KB bermanfaat tidak hanya dari segi ekonomi tetapi juga dari segi kesehatan masyarakat. Jumlah anak boleh lebih dari dua, tapi harus ditata, sehat dan diuji,” tutupnya.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D