0 0
Read Time:2 Minute, 40 Second

dianrakyat.co.id, JAKARTA – Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) sekaligus Wakil Ketua KPK menilai peningkatan signifikan tersebut harus dibarengi dengan penjelasan yang logis, terkait kejelasan target pendapatan negara dan efektivitas belanja.

“Kita tidak bisa mengevaluasinya tanpa disertai penjelasan tentang konsep kenaikan tarif, PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) dan efektivitas belanja,” kata Dolfie kepada República, Jumat (7/12). /2024) pada malam hari.

BACA JUGA: Perbanyak Lakukan Ini, Wajah Kita Akan Diketahui Rasulullah di Hari Kiamat

Dolfie mengatakan perlu ada konsep yang jelas dalam perencanaan anggaran agar perhitungan kenaikan rasio utang menjadi lebih masuk akal. Menurut dia, pembiayaan utang merupakan bagian terakhir dari upaya peningkatan tarif pajak, PNBP, efektivitas belanja pemerintah, dan risiko fiskal.

“Sebelumnya saat kampanye, idenya adalah menaikkan tarif pajak menjadi 23%. Jika hal ini dapat dicapai, jelas bahwa pembiayaan utang tidak lagi penting. “Oleh karena itu, perlu ada roadmap yang lengkap,” tegasnya.

Namun menurut keterangannya, saat ini gagasan koefisien pajak sebesar 23 persen rupanya belum pernah dibahas sebagai penerimaan negara dalam APBN bersama Komisi XI DPR.

“Hanya makanan bergizi gratis yang dibahas untuk dimasukkan dalam APBN 2025,” ujarnya.

Oleh karena itu, ia kembali menegaskan perlu ada penjelasan komprehensif terlebih dahulu terkait tarif pajak, PNBP, dan efektivitas belanja. Saya baru saja mulai berbicara tentang pembiayaan utang.

“Masih belum ada konsep bagaimana menaikkan tarif pajak menjadi 23%, kenapa tiba-tiba ingin menambah utang dalam jumlah yang signifikan?” kata Dolfie.

Dolfie melanjutkan, ia menyoroti utang diperlukan jika pendapatan negara tidak mampu membiayai pengeluaran. Oleh karena itu, perlu diketahui terlebih dahulu berapa kapasitas penerimaan negara, berapa realisasi belanja negara, dan berapa jumlah utang yang dibutuhkan.

“Oleh karena itu, konsep pertumbuhan utang harus dilihat dari perspektif pertumbuhan pendapatan dan efisiensi pengeluaran. “Tidak bisa hanya parsial,” tegasnya.

Sebelumnya diketahui, isu kembali mengemuka bahwa Presiden terpilih Prabowo Subianto akan menaikkan rasio utang dari 39 persen menjadi 50 persen terhadap produk domestik bruto (PDB). Hal itu disampaikan adik laki-laki Prabowo, Hashim Djojohadikusumo.

Menurut Hashim, rencana tersebut bahkan telah dilaporkan ke Bank Dunia. “Saya berbicara dengan Bank Dunia dan mereka menganggap 50% adalah tindakan yang bijaksana,” kata Hashim saat berbicara kepada Financial Times yang dikutip di Jakarta, Jumat (7/12/2024).

Kepada Financial Times, Hashim mengaku kenaikan bunga utang tersebut untuk membiayai makanan bergizi gratis yang menjadi program utama pasangan Prabowo-Gibran. Namun, lanjut Hashim, peningkatan rasio utang tersebut akan dicapai bersamaan dengan peningkatan pendapatan negara.

“Idenya adalah untuk meningkatkan pendapatan dan meningkatkan tingkat utang. “Pendapatannya bisa mulai dari pajak, bea ekspor, royalti pertambangan, dan bea impor,” kata Hashim.

Ketika dikonfirmasi secara terpisah, Bank Dunia menolak menanggapi permintaan komentar mengenai masalah ini. Sesuai aturan, berdasarkan Undang-Undang (UU) Nomor 1 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, rasio utang masyarakat ditetapkan paling banyak 60 persen terhadap PDB.

Rencana pendanaan pemerintahan Prabowo menandai perubahan besar dari sikap fiskal konservatif Presiden Joko Widodo (Jokowi), yang mengubah Indonesia menjadi negara dengan sumber daya bahan mentah yang besar. Hashim adalah salah satu penasihat terdekat Prabowo dan akan memainkan peran penting pada bulan Oktober.

Hasyim disebut-sebut telah menyampaikan ide tersebut dalam pertemuan dengan perusahaan dan konsultan pada Juni 2024. Menurut sumber, Hashim menyebut pemerintahan Prabowo akan mencapai target utang 39% hingga 50% terhadap PDB secara bertahap, yakni meningkat sebesar dua persen. . dalam kurun waktu lima tahun.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D