0 0
Read Time:2 Minute, 16 Second

dianrakyat.co.id, PURWOKERTO — Pakar pertanian Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Prof. Totok Agung Dwi Haryanto menilai pengembangan budidaya padi di lahan kelapa sawit dapat mendukung ketahanan pangan.

“Memajukan produksi pangan di negara-negara penghasil kelapa sawit merupakan salah satu strategi ketahanan pangan di Indonesia,” Prof. kata Totok Agung Dwi Haryanto di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, Sabtu (27/4/2024).

Di sini, kata dia, Indonesia memiliki sembilan kebijakan keamanan pangan. Tentu saja meningkatkan intensitas indeks perkebunan, penggunaan lahan, penggunaan lahan kering, penyimpanan pangan, penggunaan perkebunan kelapa sawit, perkebunan pangan.

Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia lebih dari 15 juta hektar, ujarnya. Setiap tahunnya ada daerah yang mengalami musim tanam atau tumbuh.

“Penanaman kembali sawit setidaknya membutuhkan waktu 4-5 tahun untuk menghasilkan produksi pertama. Selebihnya menunggu panen pertama untuk menanam padi atau tanaman lainnya,” kata Totok.

Namun, kata dia, manfaat kelapa sawit yang dibudidayakan disesuaikan dengan kondisi iklim kawasan pertanian. Tanaman yang bisa dimakan tentunya bisa ditanam di lahan kering. Dengan demikian, kata dia, tanaman padi yang ditanam di lahan sawit lebih unggul dibandingkan padi.

“Kami memiliki beberapa pengalaman di lahan kering untuk mengembangkan tanaman padi unggulan kami, salah satunya di lahan sawit di Pelalawan, Riau, pada tahun 2019 menanam padi unggul Inpago Unsoed 1,” ujarnya.

Menurutnya, pemerintah melalui Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian telah mengembangkan lebih lanjut tanaman padi di lahan pertanian di dua wilayah, salah satunya Sukabumi, Jawa Barat. Diakuinya, pemerintah sangat mendukung budidaya padi di lahan kering dan kelapa sawit.

“Istilah saya parikesit, pari (Bahasa Jawa untuk padi, Red.) di tengah-tengah pohon kelapa sawit. Kita sudah mengalaminya, tidak akan menghalangi tumbuhnya tanaman muda dan buah pohon kelapa sawit,” kata Profesor di Unsoed Fakultas Pertanian.

Padahal, kata dia, sisa pupuk yang diberikan pada padi dalam jangka panjang justru menggunakan minyak sawit saat tanaman padi dihentikan pada tahun keempat.

Katanya, menanam padi di lahan sawit juga memerlukan teknologi khusus seperti perbaikan tanah untuk mendukung pertumbuhan padi atau tanaman lain yang bisa dimakan dengan hasil yang cukup.

Dengan teknologi budidaya padi berkelanjutan ini memberikan ketahanan pangan dan ketersediaan pendapatan bagi petani sawit sepanjang masa budidaya.

“Pada masa replanting, masyarakat yang sebelumnya tidak mendapat penghasilan dari sawit, mendapat penghasilan dari padi atau tanaman pangan. Pengalaman kami, perkebunan sawit skala kecil minimal memiliki lahan sawit seluas 3 hektar,” ujarnya.

Dengan begitu, kata dia, para petani tersebut bisa memanen padi seluas 3 hektare dalam satu tahun jika mereka menanam kelapa sawit.

Katanya, percobaan di Pelalawan dari lahan 1 hektar bisa menghasilkan 2,5 ton gabah kering (GKP), dalam setahun bisa mendapat 7,5 ton GKP. Artinya, bisa menjamin pasokan pangan di perkebunan sawit sambil menunggu panen sawit pertama. Bagi industri atau korporasi perkebunan sawit, hal ini akan membantu ketahanan pangan negara, apalagi yang memiliki lahan terluas. katanya.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D