0 0
Read Time:2 Minute, 10 Second

dianrakyat.co.id Digital – Kutub Selatan adalah tempat yang sangat sulit untuk ditinggali. Suhu jauh di bawah titik beku, disertai angin kencang dan tidak ada pepohonan. Bayangkan bagaimana sesuatu bisa hidup di sana. Mungkin banyak orang bertanya-tanya bagaimana ikan bisa tetap hidup di sana tanpa mati kedinginan? Hewan Berdarah Dingin Ikan disebut sebagai hewan berdarah dingin, namun sebenarnya apa maksud dari istilah tersebut? Organisme berdarah dingin merupakan hewan yang suhu tubuhnya bergantung pada lingkungan. Hal ini berlaku untuk hampir semua ikan, reptil dan amfibi. Sedangkan hewan berdarah panas dapat menjaga suhu tubuhnya sendiri. Hewan seperti mamalia dan burung termasuk dalam kategori ini. Beberapa ikan, seperti tuna biru Pasifik, telah beradaptasi dengan sistem perairan berdarah panas, namun tidak demikian halnya dengan ikan di Samudra Selatan. Meskipun komposisi tubuh mereka berdarah dingin, mereka telah mengembangkan adaptasi yang menarik. Bahaya suhu di bawah nol Penting agar darah terus mengalir ke seluruh tubuh makhluk hidup. Darah membawa oksigen dan nutrisi ke seluruh bagian tubuh. Bayangkan apa yang akan terjadi pada darah kita jika kita berada di perairan Antartika. Sebagian besar darah kita terdiri dari air: 90%. Artinya, darah kita membeku di perairan Antartika, yang suhu beku airnya turun hingga -1,9 derajat Celcius. Suhu di bawah nol ini dapat menyebabkan terbentuknya kristal es di dalam darah. Hal ini berbahaya karena kristal es dapat merusak sel darah, mirip dengan jarum yang menusuk balon halus sel kita. Perlindungan di dalam darah: darah antibeku Ikan Antartika rupanya memiliki “protein antibeku” di dalam darahnya. Antibeku mengacu pada senyawa tertentu yang dapat ditambahkan ke air untuk menurunkan suhu beku, seperti dilansir Science ABC. Protein antibeku ini diproduksi di dalam tubuh ikan dan mencegah pembentukan kristal es di dalam darah. Protein ini bekerja dengan cara mencegah kristal es kecil menyatu dan membentuk kristal yang cukup besar sehingga dapat merusak tubuh ikan. Dr. Arthur L. DeVries dari Universitas Illinois menemukan fenomena ini pada tahun 1960-an, ketika para ilmuwan di seluruh dunia penasaran tentang bagaimana ikan dapat bertahan hidup dalam kondisi yang sangat keras di Antartika. Menariknya, kemampuan ini tidak hanya dimiliki oleh ikan Antartika. Protein antibeku juga ditemukan pada organisme lain, seperti diatom es laut, bakteri, jamur salju, dan bahkan beberapa kumbang. Rahasia mengapa ikan di Antartika tidak membeku terletak pada adanya protein antibeku dalam darahnya. Ini adalah contoh luar biasa tentang bagaimana evolusi menciptakan solusi cerdas terhadap tantangan lingkungan yang unik. Trik alam semesta ini memungkinkan ikan Antartika bertahan hidup di air yang sangat dingin tanpa takut kedinginan. Buah lobster Indonesia akan menyerbu pasar Jepang. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan atau Zulhas mengungkapkan, Indonesia dan Jepang telah menandatangani amandemen perjanjian IJEPA. dianrakyat.co.id.co.id 8 Agustus 2024

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D