0 0
Read Time:1 Minute, 51 Second

dianrakyat.co.id – Kanker menjadi salah satu penyebab kematian utama di dunia. Dari jumlah tersebut, kanker menyebabkan 10 juta kematian pada tahun 2020 dan diperkirakan meningkat hingga 70% pada tahun 2030, menurut WHO.

Menyadari keadaan tersebut, berbagai metode telah digunakan untuk mengobati kanker, karena penyakit ini tidak hanya berakibat fatal, tetapi juga menurunkan kualitas hidup pasien akibat kanker.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan, Prof. Yussak Mangara Tua Siahaan, Sp.N(K) mengatakan, terdapat sekitar 400 ribu penduduk di Indonesia, dimana 120 ribu diantaranya menderita sakit. Tingkat kegagalan pengobatan nyeri dengan analgesik farmakologis mencapai 20-30%, sehingga jumlah pasien kanker yang memerlukan penanganan nyeri mencapai 24-36 ribu.

“Meskipun kanker tidak secara langsung menyebabkan kematian, kanker merupakan salah satu gejala kanker yang paling umum, menyebabkan kecacatan dan penurunan kualitas hidup. Oleh karena itu, intervensi harus menjadi pilihan bagi penderita kanker.”

WHO, lanjutnya, mendefinisikan tiga tingkat penggunaan opioid sebagai analgesik kanker, yaitu non-opioid atau nyeri ringan, nyeri opioid ringan atau nyeri sedang, dan opioid untuk nyeri sedang parah.

Artinya, meskipun opioid efektif dalam meredakan nyeri kanker, opioid berinteraksi dengan sistem tubuh sehingga menimbulkan efek samping seperti mual, muntah, sembelit, sedasi, pusing, dan halusinasi.

Oleh karena itu, ia mengusulkan tiga perubahan pada tahapan penggunaan opioid menurut WHO. Pertama, hilangkan langkah kedua, yaitu analgesik opioid ringan atau sedang. Kedua, pertimbangkan untuk meningkatkan intensitas nyeri untuk segera mempertimbangkan perubahan langkah pengobatan. Ketiga, merekomendasikan prosedur manajemen nyeri intervensi.

“Manajemen nyeri intervensi mungkin merupakan fase keempat dari proses manajemen nyeri kanker WHO. Semakin banyaknya alat panduan untuk menerapkan proses ini menunjukkan bahwa manajemen nyeri intervensi tidak boleh diabaikan atau dipilih sebagai pilihan pengobatan untuk pasien kanker. Ini adalah opioid.” untuk menggantikan peran dan meningkatkan kualitas hidup pasien,” ujarnya.

Sangat sulit bagi pelajar dan lulusan muda untuk berpikir bahwa ini adalah bidang layanan medis di masa depan.

“Dengan mengoptimalkan layanan manajemen nyeri intervensi, kita dapat mengurangi penggunaan opioid jangka panjang dan oleh karena itu mencegah kanker,” katanya, mengacu pada peningkatan kualitas hidup dan pengobatan kanker. .

Baca artikel pelatihan menarik lainnya di tautan ini. Otig Pakis meninggal dunia setelah berjuang melawan kanker dubur. Otig Pakis merupakan aktor kelahiran 4 Agustus 1960 di Surabaya. Selama berkarier di dunia hiburan Tanah Air, Otig membintangi puluhan film. dianrakyat.co.id.co.id 9 Agustus 2024

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D