0 0
Read Time:4 Minute, 55 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta – Memuncaki Liga Inggris saat Natal kerap dianggap sebagai pertanda kuat meraih trofi di penghujung musim. Namun sejarah menunjukkan bahwa lokasi teratas saat liburan tidak selalu menjamin kesuksesan di bulan Mei.

Misalnya, Manchester City mendominasi liga dalam beberapa musim terakhir. Namun, mereka jarang menduduki puncak tangga lagu saat Natal.

Dari tujuh gelar yang mereka menangkan selama bertahun-tahun, Manchester City hanya meraih dua kali kemenangan di bulan Desember. Ini menunjukkan mereka punya potensi besar di paruh kedua musim.

Musim ini, Liverpool kembali menduduki puncak klasemen saat Natal. Namun karena sejarah, mereka harus berhati-hati untuk menjaga konsistensi hingga akhir musim.

Dengan semangat tersebut, mari kita lihat delapan momen terakhir ketika sang pemuncak klasemen memasuki hari Natal namun gagal mengangkat trofi di penghujung musim Premier League. Siapa dan apa yang membuat mereka gugur dalam perebutan gelar juara?

Musim 2023/2024 penuh harapan dan kekecewaan bagi Arsenal. Setelah bermain imbang 1-1 di Anfield sebelum Natal, tim asuhan Mikel Arteta berhasil finis di puncak klasemen mengungguli Liverpool dan Manchester City di Hari Natal. Namun, performa mereka dengan cepat merosot karena kekalahan beruntun melawan West Ham dan Fulham. Meski berhasil memenangkan 16 dari 18 laga terakhirnya, kekalahan saat menjamu Aston Villa pada April lalu menjadi titik balik yang mengakhiri harapan mereka.

Pada akhirnya, Arsenal mampu mengumpulkan total 89 poin, hanya tertinggal dua poin dari Manchester City yang juga menunjukkan performa impresif. Mengingat mereka hampir mendapatkan kejayaan yang mereka dambakan, akhir musim ini terasa pahit bagi mereka. Dengan segala usaha dan pengorbanan yang dilakukan, hasil akhir ini tentunya akan menjadi pembelajaran penting bagi tim ini di musim-musim mendatang. Seperti yang dikatakan, “akhir yang pahit dari musim yang nyaris gemilang.”

Musim 2022/2023 sangat penting bagi Arsenal yang mewakili tim termuda kedua di Liga Inggris. Tim hanya kehilangan empat poin selama Natal, termasuk kemenangan mengesankan atas Tottenham, Liverpool dan Chelsea. Namun ancaman terbesar tetap datang dari Manchester City. Februari menjadi periode krusial karena Arsenal harus menghadapi dua kekalahan dan sekali imbang, termasuk kekalahan dari Man City yang mengguncang posisi mereka di klasemen.

Arsenal telah berada di puncak klasemen selama tiga minggu terakhir, tetapi kekalahan lagi dari Man City pada akhir April membuat mereka kehilangan peluang untuk memenangkan gelar. Pada akhirnya, Manchester City menjadi juara dan meraih treble saat itu. Jadi, meski Arsenal tampil menjanjikan, mereka harus menghadapi kenyataan pahit ketika rivalnya itu meraih kesuksesan besar.

Pada Natal 2020, Liverpool menduduki puncak klasemen setelah memainkan 14 pertandingan dalam satu musim yang tertunda karena pandemi Covid-19. Meski harus dimainkan di lapangan kosong, tim ini berhasil menunjukkan performa impresifnya.

Namun, usai periode Natal, performa Liverpool menurun. Mereka tanpa kemenangan dalam lima pertandingan berturut-turut, termasuk kekalahan mengejutkan di Anfield melawan Burnley, yang menghentikan laju tak terkalahkan mereka di kandang sendiri. Selain itu, cederanya beberapa pemain juga menghambat kekuatan pertahanan The Reds sehingga memperburuk situasi. Di tengah keterpurukan Liverpool dan Manchester United, Manchester City mampu memanfaatkan situasi dan merebut gelar juara dengan keunggulan 12 poin dari United yang berada di peringkat kedua. Berkat kebangkitan di penghujung musim dan gol ajaib Alison Becker, Liverpool akhirnya berhasil finis ketiga.

Memasuki Natal, Liverpool menduduki puncak klasemen berkat penampilan nyaris tanpa cela. Sementara itu, Manchester City menunjukkan perlawanan besar dengan menyudahi musim dengan 14 kemenangan beruntun. Namun, Man City finis dengan 98 poin, unggul satu poin dari Liverpool yang mengumpulkan 97 poin. Tingkat persaingan liga saat itu sangat tinggi dan menantang.

Meski Liverpool tak meraih gelar Liga Inggris, mereka berhasil mengangkat trofi Liga Champions. 97 poin yang mereka cetak menjadi rekor terbanyak kedua dalam sejarah Liga Inggris. Hal ini menunjukkan, meski Liverpool tak menjuarai liga domestik, namun mereka tetap menunjukkan kualitas dan skill hebat di level Eropa.

Liverpool sekali lagi dikalahkan di salah satu momen paling bersejarah di Liga Premier. Beberapa minggu sebelum memenangkan gelar Liga Premier pertamanya, manajer klub Steven Gerrard melakukan kesalahan yang memberi peluang bagi Demba untuk mencetak gol.

Chelsea berhasil menghancurkan harapan piala Brendan Rodgers dan timnya dengan kemenangan 2-0 di Anfield. Kekalahan ini membuka jalan bagi gelar juara kedua Manchester City. Momen tersebut menjadi titik balik menyakitkan bagi Liverpool yang tampil mengagumkan sepanjang musim. Tergelincirnya ini bisa mengancam hasrat mereka untuk meraih trofi Liga Inggris.

Pada musim 2008/2009, Liverpool berada di puncak klasemen Liga Inggris setelah Natal. Sayangnya, mereka kehilangan momentum dan banyak hasil imbang membuat Manchester United tersingkir. Meski menang 4-1 di Old Trafford, Liverpool gagal meraih gelar.

Gol kemenangan Federico Macheda ke gawang Aston Villa menjadikannya gol ke-18 bagi United. Terakhir, Manchester United berhasil mempertahankan gelarnya untuk ketiga kalinya secara berturut-turut. Hal ini memaksa Liverpool untuk menerima bahwa rival mereka telah memenangkan trofi, meskipun karir mereka sudah menjanjikan.

Pada musim 2007/2008, Arsenal berhasil menempati posisi pertama klasemen Liga Inggris di akhir tahun. Sayangnya, mereka tak mampu mempertahankan posisi tersebut dan harus puas di peringkat ketiga dengan 83 poin. Tim asuhan Arsene Wenger itu, meski tampil bagus, menyia-nyiakan peluang untuk masuk dua tim teratas. Sebaliknya, Chelsea terus memberikan tekanan kepada Manchester United hingga akhir musim, namun gagal meraih gelar juara.

Pada akhirnya, Manchester United menjadi juara liga, sedangkan Chelsea tidak menjadi juara. Tak hanya itu, The Blues harus menelan pil pahit usai kalah di final Liga Champions di Moskow. Peristiwa tersebut menjadi masa sulit bagi Chelsea yang berharap bisa menambah koleksi trofinya. Jadi, musim tersebut merupakan pengalaman berharga bagi semua pihak yang terlibat, meski tidak semua mencapai kesuksesan yang diinginkan.

Selama musim Natal 2003/2004, Manchester United berada di puncak klasemen Liga Inggris. Pada paruh pertama tahun ini, mereka hanya dikalahkan tiga kali, namun memasuki tahun baru, performa tim mulai menurun.

Mereka mendapat 6 kekalahan dan 4 kali seri setelah itu. Chelsea berhasil mengubah posisinya di peringkat kedua, sedangkan Arsenal menunjukkan performa bagus meski dalam situasi buruk dan akhirnya menjadi juara. Musim itu menjadi milik Arsenal yang mencatatkan rekor tak terkalahkan, sebuah prestasi yang belum terulang. Di penghujung musim, Manchester United harus puas di peringkat ketiga. Sumber: Planet Sepak Bola

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D