0 0
Read Time:3 Minute, 48 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta Rematik merupakan salah satu penyakit yang sering dianggap remeh. Banyak orang yang mengira bahwa kondisi ini hanyalah penyakit biasa atau radang sendi yang tidak terlalu berbahaya. Faktanya, rematik bisa menjadi ancaman yang menakutkan jika diabaikan dan tidak ditangani dengan baik sejak awal. Penyakit ini dapat menyerang persendian dan tulang sehingga membuat pasien sulit bergerak bebas seiring bertambahnya usia.

Banyak masyarakat yang belum memahami dampak negatif rematik bagi kesehatan, salah satunya disebabkan oleh mitos-mitos mengenai rematik yang tersebar luas di masyarakat. Mulai dari anggapan bahwa rematik hanyalah penyakit orang tua, hingga anggapan bahwa tidur di lantai bisa menyebabkan rematik kambuh lagi.

Oleh karena itu, sebelum kesalahpahaman ini meluas, sebaiknya setiap orang memperdalam pengetahuannya mengenai masalah rematik agar tidak tertipu oleh mitos-mitos yang ada. Berikut beberapa mitos seputar rematik yang sering menimbulkan kesalahpahaman, serta fakta yang bisa Anda jadikan panduan.

1. Mitos: Artritis reumatoid hanya menyerang persendian.

Faktanya, rematik tidak hanya menyerang persendian saja. Penyakit autoimun ini juga bisa menyebabkan peradangan di bagian tubuh lain, seperti paru-paru, jantung, mata, bahkan kulit. Oleh karena itu, gejala rematik tidak hanya ditandai dengan masalah persendian, tetapi juga sesak napas dan ruam kulit. Selain itu, rematik juga dapat merusak pembuluh darah dalam jangka panjang. Hal ini disebabkan peradangan kronis yang terjadi di seluruh tubuh. Akibatnya, pasien berisiko mengalami masalah kardiovaskular seperti stroke dan serangan jantung.

Faktanya, rematik bisa menyerang siapa saja, termasuk anak-anak dan remaja. Meski benar bahwa rematik lebih sering terjadi pada usia 45 hingga 60 tahun, namun bukan berarti orang yang lebih muda lebih kebal terhadap penyakit ini. Seiring bertambahnya usia, tulang rawan yang melindungi sendi kita cenderung menipis dan cairan pelumas pada sendi kita berkurang. Kondisi ini memicu gesekan dan kerusakan sendi, sehingga meningkatkan risiko rematik.

Namun, rematik juga bisa menyerang kaum muda. Salah satu alasannya adalah faktor genetik yang kuat, terutama rheumatoid arthritis, menyebabkan timbulnya penyakit ini pada usia yang lebih muda. Penyakit pada sistem kekebalan tubuh (autoimun) juga bisa berkembang pada usia muda dan menyebabkan peradangan kronis pada persendian. Oleh karena itu, jangan abaikan gejala rematik hanya karena usia muda.

3. Mitos: Hanya wanita yang bisa terkena rematik.

Faktanya, laki-laki juga bisa terserang rematik, namun rasionya 1:3 lebih rendah dibandingkan perempuan. Meski lebih jarang terjadi, pria penderita rematik mungkin mengalami gejala yang sama seperti wanita, seperti nyeri sendi, kaku, bengkak, dan sulit bergerak. Oleh karena itu, penting bagi pria untuk mewaspadai gejala-gejala tersebut dan segera berkonsultasi ke dokter jika mengalami masalah pada persendiannya. Perawatan yang tepat dan perubahan gaya hidup dapat membantu mengurangi risiko dan mencegah gejala rematik baik pada pria maupun wanita.

Faktanya, olahraga yang tepat dapat membantu mengurangi rasa sakit dan meningkatkan kelenturan sendi bagi penderita rematik. Olahraga ringan seperti jalan kaki, berenang, dan yoga sangat dianjurkan karena dapat mengurangi gejala rematik. Hindari olahraga berat atau berat yang tidak mengikuti anjuran dokter.

5. Mitos: Perubahan gaya hidup tidak membantu mengobati rematik.

Padahal, menerapkan pola hidup sehat, termasuk mengonsumsi makanan sehat dan bergizi, menjaga kondisi tubuh, dan mengatur pola tidur bisa sangat membantu dalam mengatasi masalah rematik. Untuk mencegah memburuknya peradangan sendi, hindari makanan olahan tinggi lemak jenuh, gorengan, dan minuman manis. Selain itu, berhenti merokok secara signifikan dapat mengurangi kemungkinan terkena rematik.

6. Mitos: Tidak ada pilihan pengobatan untuk rematik.

Faktanya, kini terdapat banyak pengobatan dan pilihan pengobatan yang dapat membantu mengendalikan gejala rheumatoid arthritis dan memperlambat kerusakan sendi. Dimulai dengan obat anti inflamasi, obat penekan sistem kekebalan tubuh, terapi fisik, dan pada kasus yang parah, bahkan operasi penggantian sendi.

Selain menerapkan pola hidup sehat seperti berolahraga, pengobatan pertolongan pertama jika terjadi rematik kambuh adalah penggunaan NEO Rheumatil Anti-Inflammatory IBP Gel.

NEO Rheumasil Anti-Inflammatory IBP adalah gel pereda nyeri inovatif baru dengan Formula Active Pro mengandung Ibuprofen yang tidak lengket dan efektif meredakan nyeri akibat keseleo, cedera olahraga, dan rematik. Bahan aktifnya bekerja efektif untuk menghilangkan rasa sakit dan ketidaknyamanan terkait yang disebabkan oleh peradangan.

Gel ini bisa menjadi sahabat setia bagi orang-orang yang menjalani gaya hidup aktif, terutama anak muda yang gemar berolahraga. Pasalnya, aktivitas fisik yang berat selalu berpotensi menyebabkan kerusakan dan ketegangan otot. NEO Rheumasil Anti-Inflamasi IBP membantu mengurangi rasa sakit akibat cedera olahraga dan memungkinkan Anda untuk terus aktif.

Untuk efektivitas maksimal, oleskan secara merata pada area yang nyeri 3 hingga 4 kali sehari. Jangan gunakan pada kulit yang terluka atau teriritasi.

Memahami perbedaan-perbedaan ini dapat membantu Anda mengambil langkah proaktif untuk mengendalikan gejala rematik dan meningkatkan kualitas hidup yang lebih sehat. Silakan berkonsultasi dengan dokter Anda untuk masalah kesehatan apa pun dan dapatkan diagnosis serta pengobatan yang tepat.

 

(*)

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D