0 0
Read Time:3 Minute, 49 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta – Masjid Sunan Ampel merupakan salah satu masjid paling terkenal bagi umat Islam di Surabaya setelah Masjid Raya di Surabaya. Masjid ini menampung kompleks makam Sunan Ampel, salah satu tokoh Wali Songo yang menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa.

Dikutip dari laman Dunia Masjid, Jumat (29/3/2024), Masjid Ampel didirikan pada tahun 1421 oleh Sunan Ampel yang dibantu oleh sahabat dekatnya Mbah Sholeh dan Mbah Sonhaji serta murid-muridnya. Masjid ini dibangun di atas lahan seluas 120 x 180 meter persegi di Desa Ampel yang kini menjadi Desa Ampel, Kecamatan Semampir, Surabaya, atau sekitar 2 km sebelah timur Jembatan Merah.

Masih banyak lagi hal tentang Masjid Sunan Ampel selain lokasi dan konstruksinya. Berikut enam fakta menarik Masjid Sunan Ampel yang dihimpun dari berbagai sumber. 1. Kompleks Kampung Arab terletak di sini

Pusat kawasan Ampel terletak di Jalan Ampel Suci 45 atau Jl. Masjid Ampel 53 dan didirikan pada abad ke-15. Sejak tahun 1972, Pemerintah Kota Surabaya menetapkan kawasan Masjid Agung Sunan Ampel sebagai destinasi wisata religi.

Hal yang menarik di kawasan masjid ini adalah adanya perkampungan Arab yang sebagian besar dihuni oleh keturunan Arab Yaman dan Tionghoa yang hidup ratusan tahun dengan berdagang. Oleh karena itu, kawasan ini juga memiliki suasana Timur Tengah yang kental, bahkan seperti Mekah. Di dekat masjid terdapat pasar dengan barang dan makanan khas Timur Tengah.

Memasuki bulan Ramadhan, Masjid Agung Sunan Ampel menjadi salah satu kawasan yang paling banyak dikunjungi jamaah haji. Jumlah pengunjungnya meningkat dua kali lipat dibandingkan hari normal yang rata-rata 2.000 orang.

Pada saat “manusia” (21, 23, 25, 27, 29 Ramadhan) pengunjungnya akan lebih banyak dengan jumlah lebih dari 10 ribu orang bahkan bisa mencapai 20 ribu orang. Selain niat salat dan khidmat di tempat sepi, banyak masyarakat yang datang berziarah ke makam Sunan Ampel.

Tempat ini juga banyak dikunjungi wisatawan mancanegara dari berbagai negara seperti China, Perancis, Belanda, Italia, Malaysia, Arab Saudi, Jepang, Brunei Darussalam, Filipina, Jerman, Yunani, Selandia Baru, Korea dan Jepang. Mereka umumnya penasaran dengan bentuk bangunan Masjid Ampel yang dibangun pada tahun 1421 tersebut, hingga kemudian berziarah ke makam Sunan Ampel.

Di hari-hari biasa, komplek masjid ini selalu ramai dikunjungi jamaah. Tak heran jika pemerintah kota setempat menetapkan kawasan tersebut sebagai pusat wisata religi.

Sunan Ampel merupakan salah satu Wali Songo yang berjasa menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Nama aslinya adalah Raden Mohammad Ali Rahmatullah yang dikenal religius, bijaksana, berwibawa dan mendapat banyak simpati masyarakat.

Sunan Ampel diyakini lahir pada tahun 1401 di Champa, Kamboja. Sejarah mencatat Sunan Ampel merupakan keturunan Ibrahim Asmarakandi, salah satu raja Champa yang kemudian menetap di Tuban Jawa Timur.

Ketika Raden Rachmat berumur 20 tahun, ia memutuskan untuk pindah ke Pulau Jawa, tepatnya ke Surabaya. Saat itu merupakan wilayah Majapahit di bawah Raja Brawijaya yang diyakini telah masuk Islam ketika ia sudah tua.

Sunan Ampel sejak masa mudanya dikenal mahir dalam ilmu agama bahkan dipercaya oleh Raja Brawijaya untuk berdakwah dan menyebarkan agama Islam di Surabaya. Tugas khususnya adalah mendidik moral para bangsawan dan rakyat Majapahit.

Untuk itu Raden Rachmat meminjamkan kepada raja Majapahit berupa tanah seluas 12 hektar di kawasan Ampel Denta atau Surabaya untuk menyebarkan agama Islam. Karena lokasinya inilah Raden Rachmat kemudian dijuluki Sunan Ampel.

Masjid Sunan Ampel dibangun dengan gaya arsitektur Jawa kuno bernuansa Arab Islam. Arsitektur masjid ini menampilkan budaya lokal dan budaya Hindu-Buddha.

Tiang-tiang Masjid Ampel terbuat dari kayu jati yang didatangkan dari berbagai daerah di Jawa Timur dan diyakini memiliki ‘karomah’. Dalam sejarah umat, ketika tentara asing menyerang Surabaya dari berbagai tempat dengan senjata berat dan menghancurkan kota Surabaya, Masjid Ampel tidak mengalami kerusakan sedikitpun, bahkan terkesan tidak diganggu.

Saat itu, masjid ini merupakan tempat berkumpulnya para ulama dan wali dari berbagai daerah di Pulau Jawa untuk berdiskusi tentang ajaran Islam dan cara penyebarannya di Pulau Jawa. 5. Makam Sunan Ampel

Sunan Ampel berdakwah di Surabaya dan bersama masyarakat setempat membangun sebuah masjid untuk media dakwahnya yang sekarang dikenal dengan nama Masjid Ampel. Di sinilah Sunan Ampel menghabiskan hidupnya hingga wafatnya pada tahun 1481. Makamnya terletak di sisi kanan depan masjid Ampel. 6. Pengurus Masjid Sunan Ampel saat ini

Seiring banyaknya peziarah yang mengunjunginya, Masjid Ampel masih tetap terjaga dan terjaga kebersihannya. Saat ini masjid tersebut dikelola oleh Nadzir yang baru berdiri pada awal tahun 1970-an.

Almarhum KH Muhammad bin Yusuf pertama kali menjabat sebagai nadzir atau pengurus Masjid Ampel dan dilanjutkan KH Nawawi Muhammad hingga tahun 1998. Sepeninggal KH Nawawi Muhammad, nadzir Masjid Ampel belum resmi diangkat hingga sekarang. .

Sedangkan imam dan wali masjid saat ini menggantikan nadzir yang dipegang KH Ubaidilah. Ketua Takmir Masjid Ampel adalah H. Mohammad Azmi Nawawi.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D