0 0
Read Time:3 Minute, 38 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta – Semakin banyak burung endemik di Indonesia yang terancam punah di habitatnya. Salah satu penyebabnya adalah hilangnya habitat alami dan berbagai ancaman. Konservasi masih dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan pelepasan satwa endemik ke alam.

Pada Jumat, 15 Maret 2024, sebanyak 64 ekor burung langka dilepasliarkan di Hutan Kota Munjul, Jakarta Timur. Ke-64 ekor burung tersebut terdiri dari 36 ekor kelinci bison, 10 ekor penyu, 10 ekor burung kutilang, dan delapan ekor penyu yang semuanya merupakan hewan endemik Indonesia.

Pelepasliaran tersebut dilakukan bersama oleh Jagwat Satwa Nusantara, Taman Mini Indonesia Indonesia (TMII), Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) dan Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta.

“Pelepasliaran burung-burung ini merupakan langkah penting dalam upaya kami melindungi satwa endemik langka di Jakarta. Inisiatif ini menunjukkan komitmen kami dalam melestarikan keanekaragaman hayati dan memperkuat ekosistem lokal,” kata dr. Piter Kombo selaku General Manager Jagat Satwa Nusantara, dalam siaran pers yang diterima tim Lifestyle dianrakyat.co.id.

Di sisi lain, Kepala BKSDA DKI Jakarta Agus Arianto mengatakan, sebelum dilepasliarkan, pihaknya memeriksa kondisi burung-burung yang ada di kota tersebut dan melakukan rehabilitasi agar burung-burung tersebut kembali ke alam liar setelah sekian lama di penangkaran.

“Kegiatan ini juga merupakan bagian dari upaya pemerintah dalam menghadapi triple planetary krisis yaitu perubahan iklim, polusi dan hilangnya keanekaragaman hayati. Kami berharap dukungan pemerintah dapat mencegah risiko krisis ini,” kata Agus. 

 

 

Indonesia kaya akan keanekaragaman fauna, termasuk puluhan jenis burung yang beberapa di antaranya merupakan endemik. Salah satunya adalah burung enggang kalimantan dengan nama latin Malacocincla perspicillata.

Burung yang diperkirakan punah pada tahun 1848 atau 172 tahun lalu ini ditemukan kembali oleh dua warga lokal di Kalimantan Selatan pada tahun 2021. Berdasarkan laman Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), setelah berdiskusi dan meninjau tim admin , mereka segera menghubungi ahli burung di Birdpacker untuk mengetahui informasi lebih lanjut mengenai temuan tersebut. Seekor burung endemik akhirnya teridentifikasi.

Burung enggang kalimantan tersebar luas di dataran rendah hutan tropis wilayah Kalimantan. Burung penyanyi yang termasuk dalam keluarga Pellorneidae ini sebelumnya diklasifikasikan sebagai “rentan” oleh Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN). Pada tahun 2008, status burung tersebut diubah menjadi “kekurangan data” berdasarkan penelitian yang menunjukkan kurangnya informasi yang dapat dipercaya tentang hewan tersebut.

Burung Makassar Berkacamata merupakan burung endemik yang hanya terdapat di Sulawesi Selatan. Mengutip situs Direktorat Jenderal Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem (KSDAE) KLHK, di seluruh Sulawesi diyakini terdapat sedikitnya 9–10 jenis burung berkacamata atau Zosterops spp.

Burung berkacamata Makassar hidup berkelompok di semak belukar di daerah pegunungan, hutan sekunder dan tepi hutan hingga ketinggian 1.370 meter di atas permukaan laut, seperti Taman Nasional (TN) Bantimurung Bulusaraung. “Saya sering menjumpai burung Makasar Berkacamata ini di hutan Karaenta,” kata Hendra, pemandu lokal yang kerap menemani kunjungan birder dari biro perjalanan.

Lanjutnya: “Biasanya pagi-pagi sekali burung cui-cui (sebutan lain burung pengamat dari Makassar) keluar dari sarangnya untuk mencari makan.” Umumnya waktu terbaik mengamati burung adalah antara pukul 06:00 dan 10:00. Myzomela Irianawidoae adalah salah satu spesies tumbuhan berbunga

Pada tahun 2018, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mencatat adanya spesies burung endemik baru di Pulau Rote, Nusa Tenggara Timur (NTT). Spesies baru yang ditemukan di Pusat Penelitian Biologi LIPI ini diberi nama Myzomela irianawidooae, diambil dari nama wanita pertama Iriana Widodo. Burung ini endemik pulau Rota dari famili Meliphagidae dengan status dilindungi menurut UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam dan Ekosistem.

Merbah Cerukcuk merupakan burung endemik Indonesia yang banyak ditemukan di wilayah Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Ciri fisik burung ini menurut website Kehati Pemprov Yogyakarta adalah berwarna coklat dan putih, dengan mahkota berwarna coklat tua dan alis berwarna putih.

Tubuh bagian atas berwarna coklat. Sedangkan bagian tenggorokan, dada, dan perut berwarna putih dengan garis-garis coklat pucat di bagian samping perut. Iris coklat, paruh hitam, dan kaki abu-abu merah muda juga merupakan ciri fisik lainnya. Julang Sumba

Merupakan jenis burung endemik yang hidup di Pulau Sumba, NTT. Di kawasan Taman Nasional Matalawa, jumlahnya tercatat kurang lebih 103 ekor, berdasarkan data pemantauan populasi yang dilakukan pada tahun 2020, demikian laman Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan.

Pada Mei 2021, diumumkan bahwa manajemen resor Wudipandak menyerahkan burung bernama latin Rhyticeros everitti itu kepada kantor Taman Nasional Matalawa. Rombongan burung tersebut pertama kali diserahkan oleh Agus Katauhi Melip dari barangay Watubokul ke kantor resor Wudipandak setelah diketahui burung tersebut terjatuh ke tanah dan tidak bisa terbang. 

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D