dianrakyat.co.id, Jakarta Hasil tes narkoba palsu bisa muncul pada orang yang sama sekali tidak menggunakan obat-obatan terlarang. Namun nyatanya fenomena tersebut dapat menimbulkan rasa takut pada orang yang mengidapnya.
Seseorang yang mengonsumsi obat-obatan legal dari apotek atau dengan resep dokter dapat diketahui benar-benar menggunakannya. Banyak jenis obat yang memiliki komposisi kimia yang sama dengan obat. Oleh karena itu, ketika orang yang mengonsumsi obat tersebut melakukan tes narkoba, hasilnya akan positif.
Diperkirakan sekitar 5-10 persen hasil positif tes narkoba adalah palsu karena pengaruh obat-obatan terlarang. Untuk itu, sebelum melakukan tes narkoba, sangat disarankan untuk melaporkan obat apa pun yang digunakan kepada petugas penguji narkoba. Berikut obat-obatan legal yang dapat menyebabkan pengguna nye dianggap sebagai pengguna narkoba menurut dianrakyat.co.id dari berbagai sumber, Jumat (26/4/2024).
Obat flu dapat menyebabkan hasil tes obat yang salah karena beberapa bahan dalam obat flu dapat mengganggu tes amfetamin sehingga menghasilkan hasil obat yang salah. Penelitian pada tahun 2010 menunjukkan bahwa bahan seperti brompheniramine pada obat flu yang sebenarnya merupakan antihistamin dapat mempengaruhi hasil tes obat.
Antihistamin adalah jenis obat yang biasa digunakan untuk mengobati alergi, pusing, atau insomnia. Namun, beberapa senyawa antihistamin dapat menyebabkan reaksi mirip amfetamin dalam tes narkoba, sehingga menghasilkan hasil positif palsu yang dapat membingungkan dan menimbulkan kecemasan yang tidak perlu.
Sebuah studi sebelumnya pada tahun 2008 juga menemukan bahwa beberapa jenis inhaler dapat mempersulit pengujian amfetamin. Senyawa ini mengandung levomethamphetamine yang merupakan “cermin” dari methamphetamine. Namun, penelitian menegaskan bahwa tes narkoba tingkat lanjut dapat membedakan antara metamfetamin dan senyawa kimia lain dalam inhaler tersebut. 2. Antidepresan
Antidepresan dapat menyebabkan hasil positif palsu dalam tes narkoba, terutama tes penyalahgunaan amfetamin. Beberapa jenis antidepresan, seperti benzodiazepin, lebih cenderung menyebabkan hasil positif palsu pada tes amfetamin.
Dalam artikel yang diterbitkan di jurnal Psychiatry pada tahun 2009, Casein M. Nasky DO dan timnya melaporkan penelitian tentang emosi negatif yang terkait dengan penggunaan antidepresan. Mereka menemukan bahwa 26 pasien yang dites positif dalam penelitian tersebut sebenarnya menggunakan antidepresan Sertraline atau Zoloft.
Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan antidepresan tertentu dapat mempengaruhi hasil pengujian narkoba, terutama terkait pengujian penyalahgunaan amfetamin. Hasil tes narkoba dapat disalahartikan jika orang yang diuji narkoba tidak memiliki informasi lengkap tentang obat yang diminumnya.
Obat pereda nyeri seperti ibuprofen, obat penenang jenis lain seperti barbiturat, benzodiazepin, dan ganja dapat menyebabkan hasil positif palsu dalam tes penyalahgunaan narkoba. Hal ini penting untuk dipahami karena hasil tes yang tidak akurat dapat menimbulkan kesimpulan yang salah dan hasil yang tidak diinginkan bagi orang yang mengonsumsi obat pereda nyeri secara sah dan sesuai aturan.
Penelitian telah menunjukkan bahwa obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID), seperti ibuprofen, dapat menyebabkan hasil positif palsu pada tes penyalahgunaan ganja. Sekalipun seseorang tidak benar-benar menggunakan ganja, penggunaan NSAID dapat memberikan kesan yang sama dalam tes narkoba, sehingga dapat menimbulkan kebingungan dalam interpretasi hasil tes narkoba. 4. Antibiotik
Antibiotik, seperti rifampisin dan fluoroquinolones, dapat menyebabkan hasil positif palsu pada tes obat terkait opiat atau morfin. Hal ini menunjukkan pentingnya memperhatikan kandungan obat yang digunakan, terutama pada saat mengonsumsi antibiotik yang mengandung bahan tertentu yang dapat mempengaruhi hasil tes obat.
Sebuah kasus pada tahun 2002 di Lebanon menggambarkan bagaimana seorang anak berusia tujuh tahun yang mengunjungi rumah sakit ternyata mengonsumsi banyak opiat. Namun, setelah diselidiki lebih lanjut, ditemukan bahwa efek positif tersebut disebabkan oleh rifampisin yang ia gunakan sebagai bagian dari pengobatan antibiotiknya. Hal ini menunjukkan bahwa interaksi antara obat, termasuk antibiotik, dan metode pengujian obat dapat menimbulkan hasil negatif palsu.
Ternyata bahan-bahan dalam kehidupan sehari-hari seperti sabun bayi dan air tonik dapat menyebabkan hasil positif palsu dalam tes narkoba, padahal penggunaannya tidak berhubungan langsung dengan narkoba. Pada tahun 2012, sebuah kejadian aneh terjadi di sebuah rumah sakit dimana urin bayi yang baru lahir ditemukan mengandung ganja.
Setelah diteliti, terungkap bahwa sabun bayi yang digunakan di rumah sakit mengandung bahan kimia yang dapat memberikan hasil positif dalam tes narkoba, terutama THC (tetrahydrocannabinol) yang merupakan bahan aktif ganja. Para peneliti menduga bahwa struktur kimia yang mirip dengan THC atau perubahan cara kerja tes dapat menjadi penyebab hasil positif palsu ini.
Selain bedak bayi, air tonik juga berpotensi memberikan hasil tes narkoba yang salah. Komponen kina dalam air tonik, yang digunakan untuk mengobati malaria, terkadang dapat dicampur dengan obat-obatan terlarang. Jadi, meminum air tonik dengan minuman campuran lainnya bisa memberikan hasil positif kina dalam tes narkoba urin.