0 0
Read Time:3 Minute, 39 Second

dianrakyat.co.id, Jakarta – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia memiliki kemitraan dagang dengan kawasan Timur Tengah. Namun Iran dan Israel tidak masuk dalam daftar mitra dagang utama Indonesia.

Kepala Eksekutif BPS Amalia Adiningar Vidyasanti mengatakan Indonesia memang menjadi mitra kerja sama perdagangan internasional dengan banyak negara di Timur Tengah.

Ada 3 negara teratas dengan kinerja tertinggi. Dalam daftar itu, Iran dan Israel saat ini tidak sedang berkonflik.

“Tiga negara kawasan yang nilai perdagangannya tertinggi dengan Indonesia adalah Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan Oman,” kata Amalia dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (22/4/2024).

Ia mencatat, nilai perdagangan internasional Indonesia di kawasan Timur Tengah akan mencapai $19,20 miliar pada tahun 2023. Nilai tersebut diperkirakan mencapai 4 persen dari total nilai perdagangan internasional Indonesia pada tahun tersebut.

“Nilai ekspor Indonesia ke kawasan sebesar USD 9,06 miliar atau sekitar 3,50 persen dari total ekspor Indonesia dan nilai impor sebesar USD 10,13 miliar berkontribusi sekitar 4,57 persen terhadap total impor,” jelas Amalia.

“Dengan demikian, Indonesia mempunyai defisit neraca perdagangan sekitar USD 1,07 miliar dengan Timur Tengah,” imbuhnya. Barang ekspor-impor

Mengingat 3 negara mitra dagang terbesar di Timur Tengah, terdapat banyak komoditas antara Indonesia dan ketiga negara tersebut yang menjadi unggulan untuk ekspor dan impor.

Merujuk pernyataan Amalia, nilai perdagangan terbesar adalah Indonesia dan Arab Saudi. Nilai ekspor mencapai USD 2,08 miliar dengan kontribusi terbesar berasal dari kendaraan dan bagiannya (HS 87), lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15), serta kayu dan produk kayu (HS 44).

Sedangkan impor Indonesia dari Arab Saudi tercatat sebesar $4,06 miliar. dengan kontribusi bahan bakar mineral (HS 27), bahan kimia organik (HS 29), serta plastik dan produk plastik (HS 39).

Disusul Uni Emirat Arab dengan ekspor sebesar 2,65 miliar dolar. Penyumbang terbesar berasal dari logam mulia dan perhiasan/batu mulia (HS 71), kendaraan dan bagian-bagiannya (HS 87), serta lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15).

Dari sisi impor tercatat sebesar 2,35 miliar dolar. Kontribusi terbesar berasal dari bahan bakar mineral (HS 27), logam mulia dan perhiasan/batu mulia (HS 71), alumunium dan barang-barang turunannya (HS 76).

Sementara itu, kerja sama Indonesia dengan Oman mencapai nilai ekspor sebesar $0,34 miliar. Penyumbangnya berasal dari lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15), kendaraan dan bagian-bagiannya (HS 87), bahan bakar mineral (HS 27).

Dan dari sisi impor mencapai $1,85 miliar dengan kontribusi besi dan baja (HS 72), bahan bakar mineral (HS 27), dan bahan kimia organik (HS 29).

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia mencatat surplus sebesar $4,47 miliar pada Maret 2024. Catatan ini memperpanjang tren surplus perdagangan selama 47 bulan berturut-turut.

Kepala Eksekutif BPS Amalia Adiningar Vidyasanti mengatakan surplus neraca perdagangan Maret 2024 meningkat sebesar US$2,65 miliar dibandingkan bulan sebelumnya.

“Pada Maret 2024, neraca perdagangan barang tercatat surplus USD 4,47 miliar. Naik secara bulanan sebesar USD 2,65 miliar,” kata Amalia dalam konferensi pers di Kantor Pusat BPS, Jakarta, Senin (22/4/2024). ).

Amalia juga mencatat, tren surplus ini telah mendorong kenaikan positif sejak Mei 2020.

Dengan demikian, sektor perdagangan Indonesia mencatat surplus selama 47 bulan berturut-turut sejak Mei 2020, ujarnya.

Ia mengatakan, surplus perdagangan Maret 2024 ditopang oleh surplus barang nonmigas sebesar $6,51 miliar. Beberapa penyumbang surplus terbesar berasal dari bahan bakar mineral (HS 27), lemak dan minyak hewani nabati (HS 15), serta besi dan baja HS 72.

“Saya katakan surplus neraca nonmigas pada Maret 2024 sangat besar jika kita bandingkan dengan bulan sebelumnya, dan juga dibandingkan dengan Maret tahun lalu. Pada saat yang sama, neraca perdagangan migas menunjukkan defisit. Kerugian sebesar USD 2,04 miliar ini jelas disumbang oleh minyak dan produk minyak mentah,” jelasnya.

Surplus neraca perdagangan juga terlihat dari banyaknya barang yang diekspor dan diimpor Indonesia.

Pada bulan Maret 2024, nilai ekspor Indonesia mencapai 22,43 miliar dolar atau meningkat 16,40 secara bulanan. Sedangkan nilai ekspor mengalami penurunan sebesar 4,19 persen pada Maret 2024 secara tahunan.

Kontributor utama peningkatan ekspor bulanan adalah peningkatan ekspor industri manufaktur, logam dasar mulia, dan minyak sawit.

Sementara itu, penurunan nilai ekspor tahunan terutama disebabkan oleh penurunan ekspor barang pertambangan dan barang lainnya.

Nilai impornya mencapai USD 17,96 miliar. Angka ini mengalami penurunan bulanan dan tahunan masing-masing sebesar 2,60 persen dan 12,76 persen.

“Penyumbang utama penurunan nilai impor secara bulanan dan tahunan adalah nilai impor barang modal,” tutupnya.

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
PAY4D